Don’t count your age by number, but friends. Kata
John Lenon. Versi saya, jangan hitung umur kalian dengan bilangan (usia dalam
tahun), tapi dengan jumlah kartu undangan pernikahan yang kalian terima setiap
bulannya. Bener kan? Bener gak? Saya mengkategorikan tipe orang-orang
berdasarkan jumlah undangan yang ia dapatkan.
Pertama, anak gaul. Biasanya orang tersebut tidak
pernah luput dari list undangan teman-temannya, dari teman sekolah
(SD,SMP,SMA,kuliah) sampai teman sepermainan yang tidak pernah satu sekolah.
Anak gaul juga biasanya sering gonta-ganti pacar, yang artinya teman-teman
pacarnya (atau mantan-mantan pacarnya) adalah temannya juga. Jadi, memperbanyak
mantan merupakan kiat melipat gandakan jumlah teman (?) yang juga bisa
memperbanyak jumlah musuh (?). Risiko menjadi orang-orang golongan ini adalah
siap-siap pergi ke kondangan all the time (Mungkin bisa setiap weekend, atau
minimal sebulan 2x). Pergi? Ya, tentu saja. Orang golongan ini pasti pergi
kalau diundang. Kenapa? Karena itu kebiasaan mereka sejak dulu. Bayangkan
bagaimana bisa punya banyak teman kalau sejak dulu saling tak acuh terhadap
undangan (main) dari teman lainnya?
Golongan kedua, anak biasa aja. Golongan ini
terdiri dari orang-orang yang gak gaul-gaul banget. Biasanya di sekolah hanya
kenal teman sekelas, tetangga kelas, teman satu ekskul, teman pacarnya (?).
Golongan ini juga biasanya hanya diundang oleh teman-teman sebangkunya (atau
minimal teman sekelasnya) sewaktu di SD, SMP, SMA, atau kuliah. Orang-orang
golongan ini tidak menerima undangan sebanyak orang-orang golongan pertama.
Mungkin yang diterimanya kurang dari 10 undangan dalam setahun. Beberapa bahkan
ada yang hanya diundang melalui media sosial grup (tidak personal). Saya pernah
berpikir bahwa undangan melalui grup itu hukumnya fardu kifayah, jadi tidak
datang juga tidak apa-apa karena sudah diwakilkan anggota grup yang lain,
hehehe.
Yang terakhir adalah anak anti social-social club,
istilah yang sering saya dengar, baca, dan rasakan (loh?) di era sekarang.
Orang-orang ini biasanya hanya mendapat undangan dari teman-teman terbarunya
(saja). Misal dia baru lulus kuliah, yang mengundang adalah teman-temannya
semasa kuliah. Itu juga paling-paling teman dekatnya atau minimal teman
sekelasnya (diundang di grup whatsapp, hehe). Atau jika orang tersebut sudah
bekerja, paling-paling mendapat undangan dari teman sekantornya. Teman lainnya
yang mengundang ia adalah teman-teman pacarnya. Beruntunglah para anti
social-social club yang memiliki pacar. Kalau tidak? Ya beruntung juga, tidak
perlu menghadiri upacara pernikahan bentuk pamer kemesraan pengantin yang
BAPER-ABLE bagi si jom-loh –
Jadi
kamu... golongan ke- berapa? Hehe
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)