12/17/2017

Kegiatan sosial bernama “Kondangan”

Don’t count your age by number, but friends. Kata John Lenon. Versi saya, jangan hitung umur kalian dengan bilangan (usia dalam tahun), tapi dengan jumlah kartu undangan pernikahan yang kalian terima setiap bulannya. Bener kan? Bener gak? Saya mengkategorikan tipe orang-orang berdasarkan jumlah undangan yang ia dapatkan.

Pertama, anak gaul. Biasanya orang tersebut tidak pernah luput dari list undangan teman-temannya, dari teman sekolah (SD,SMP,SMA,kuliah) sampai teman sepermainan yang tidak pernah satu sekolah. Anak gaul juga biasanya sering gonta-ganti pacar, yang artinya teman-teman pacarnya (atau mantan-mantan pacarnya) adalah temannya juga. Jadi, memperbanyak mantan merupakan kiat melipat gandakan jumlah teman (?) yang juga bisa memperbanyak jumlah musuh (?). Risiko menjadi orang-orang golongan ini adalah siap-siap pergi ke kondangan all the time (Mungkin bisa setiap weekend, atau minimal sebulan 2x). Pergi? Ya, tentu saja. Orang golongan ini pasti pergi kalau diundang. Kenapa? Karena itu kebiasaan mereka sejak dulu. Bayangkan bagaimana bisa punya banyak teman kalau sejak dulu saling tak acuh terhadap undangan (main) dari teman lainnya?

Golongan kedua, anak biasa aja. Golongan ini terdiri dari orang-orang yang gak gaul-gaul banget. Biasanya di sekolah hanya kenal teman sekelas, tetangga kelas, teman satu ekskul, teman pacarnya (?). Golongan ini juga biasanya hanya diundang oleh teman-teman sebangkunya (atau minimal teman sekelasnya) sewaktu di SD, SMP, SMA, atau kuliah. Orang-orang golongan ini tidak menerima undangan sebanyak orang-orang golongan pertama. Mungkin yang diterimanya kurang dari 10 undangan dalam setahun. Beberapa bahkan ada yang hanya diundang melalui media sosial grup (tidak personal). Saya pernah berpikir bahwa undangan melalui grup itu hukumnya fardu kifayah, jadi tidak datang juga tidak apa-apa karena sudah diwakilkan anggota grup yang lain, hehehe.

Yang terakhir adalah anak anti social-social club, istilah yang sering saya dengar, baca, dan rasakan (loh?) di era sekarang. Orang-orang ini biasanya hanya mendapat undangan dari teman-teman terbarunya (saja). Misal dia baru lulus kuliah, yang mengundang adalah teman-temannya semasa kuliah. Itu juga paling-paling teman dekatnya atau minimal teman sekelasnya (diundang di grup whatsapp, hehe). Atau jika orang tersebut sudah bekerja, paling-paling mendapat undangan dari teman sekantornya. Teman lainnya yang mengundang ia adalah teman-teman pacarnya. Beruntunglah para anti social-social club yang memiliki pacar. Kalau tidak? Ya beruntung juga, tidak perlu menghadiri upacara pernikahan bentuk pamer kemesraan pengantin yang BAPER-ABLE bagi si jom-loh –

Jadi kamu... golongan ke- berapa? Hehe

No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)