Jika gagasan "Tuhan sesuai dengan prasangka hambanya" dianggap kurang bisa diterima, maka peristiwa ini kusebut dengan "menyusun takdir sendiri". Loh kok iso?
Bisa. Bisa banget. Bertahun-tahun lalu, ketika aku sedang rajin-rajinnya menulis dan mengirimkan tulisanku, pernah suatu ketika aku menggambarkan kisah seorang manusia dengan kehidupannya yg pelik. Kisah yg diadaptasi dari kehidupan pribadi namun diberi hiperbola sedikit. Kemudian hari ini aku merasa kisah itu benar-benar terjadi, kualami sendiri.
Beribu maaf aku belum bisa menyebutkan kisah dari karanganku yang mana yang kumaksud. Tapi sungguh, nasibku kini bisa dikatakan identik dengan jalan cerita bahkan nama tokoh dalam karangan itu. De Javu, atau apalah orang menyebutnya. Ada sedikit sesal kenapa aku tidak mengarang kisah yang lebih bagus dengan nasib yang lebih mujur saja sekalian? Tapi siapa sangka bahwa yang kulakukan itu adalah menyusun takdirku sendiri.
Ah, sudahlah.. Nasib adalah kesunyian masing-masing.
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)