5/24/2016

Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu

Ceuk saha broh? ...
Menahun sudah aku lupa bagaimana caranya bermimpi. Setiap malam, sebelum tidur, dalam doaku selalu kuselipkan harapan agar tidak bermimpi walaupun indah sekali pun. Aku lebih suka terlelap dan *puft* raib. Kemudian terjaga esok harinya untuk kembali menjalani hari yang terkadang penuh kejutan. Ya, aku tidak suka bermimpi. Dalam tidur maupun dalam terjaga.

Menahun sudah aku lupa bagaimana menjemput mimpi-mimpi yang digantungkan setinggi langit. Lupa bagaimana caranya berusaha, sakit ketika terjatuh, dan terluka saat kecewa. Hatiku telah berdamai sejak lama dengan kenyataan bahwa mimpi-mimpi itu hanya akan selalu ada di langit. Tak perlu diwujudkan, cukup dinikmati sebagai hiasan dalam perjalanan hidup. Sebagai cerita ke anak-anak: dahulu Ibu punya mimpi ini dan itu. Sebagai "diriku wanna be" bertahun-tahun lalu sebelum aku menjadi diriku yang sekarang.

Hingga suatu hari, seorang teman yang bahkan belum menyelesaikan kuliahnya, meminta sebuah kado ulang tahun. Ia minta didoakan agar cerpennya tembus koran. Ha?! Ha ha ha... aku benar-benar tertawa dalam hati. Rasanya aku ingin menimpali bahwa tahukah kamu apa yang paling ingin kucapai dalam hidupku sehingga setelah mendapatkannya aku akan menjadi guru matematika paling bahagia di dunia? Aku ingin cerpenku muncul di Kompas hari Minggu. Itu saja. Bagaimanapun juga, tanpa kusadari, aku masih punya mimpi... yang katanya akan dipeluk Tuhan :)

Kalau begitu, Tuhan yang Maha Baik, aku dan Angga ingin cerpen kami masuk koran. Semoga Engkau merestui, Aamiin :D

No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)