1/25/2016

SMS tipu-tipu

Salam Dari Saya, (menyebutkan nama kepsek dan sekolah bersangkutan). Saya Terima Undangan “SEMINAR NASIONAL” Pada Tgl 30-31 Januari 2016 Dari “Ditjen Dikdasmen Kemdikbud RI” Dan Semua Dana Transportasi Dan Akomodasi Di tanggung Semua Oleh “Kemdikbud”. Ditujukan Kepada Yth. Dini Nurfadilah. No Registrasi Peserta Anda. (025747) Untuk Keterangan Lebih Lanjut Harap Hubungi Sekarang Panitia Bpk. Hamid Muhammad. (Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah) Di No Hp Beliau 081322478899. Tolong Hubungi Sekarang Sudah Ditunggu Terimakasih.

Pesan singkat yang cukup panjang dengan struktur bahasa dan penulisan yang ribet itu masuk ke ponsel saya, Minggu 24 Januari 2016 pukul 13.57. Nomor ponsel pengirimnya (yang mungkin sudah tidak aktif) adalah 085696523977. Saya yang sedang lieur bikin soal ulangan mendadak reuwas dapat sms itu. Reuwas kenapa? Karena kenapa Pak Kepsek ini menghubungi saya langsung, bukan via staffnya? Secara, anak baru kaya saya mah apa atuh, belum juga sebulan mengajar di sana, kok berasa dianggap penting banget sampai undangan seminar saja disampaikan langsung oleh Kepsek. Dari situ, karena lagi lieur tea, jadi saya abai dengan detail smsnya yang kalau dibaca lagi, janggal banget. Saya pun langsung menghubungi beberapa wakasek, menanyakan maksud dari sms itu, dan apakah itu nomor Pak Kepsek atau bukan. Untung si Pak Wakasek itu gak slow respon. Jelas jawaban beliau: Abaikan.

Sambil menunggu balasan sms Wakasek tadi, saya sempat cek grup watsap guru-guru dalam rangka tabayyun. Ternyata, beberapa menit lalu sebelum saya buka grup, sudah ada guru yang ngeshare tentang sms “Seminar Nasional” yang saya dapat tadi. Isi smsnya persis, hanya diubah nama pesertanya saja. Iya, bahkan (yang katanya) nomor registrasi pesertanya pun sama, plek. Beberapa guru lain yang bergabung di grup juga mengaku mendapat sms yang sama. Dari situ jelas bahwa sms tadi adalah “PENIPUAN”. Modusnya gak ngerti saya. Besoknya, baru ngerti.

Senin pagi, seperti biasa saya berangkat pagi-pagi sekali karena takut gak kebagian tempat parkir dan malas geret-geret motor yang saling berdesakan. Saya bahkan sudah lupa tentang “sms penipuan” itu. Tapi rupanya isu itu kembali menyeruak saat diketahui ada beberapa orang guru yang terjebak si penipu. Duit belasan juta ludes begitu saja. Beberapa orang (termasuk saya) tidak habis pikir, kok bisa? Tentu saja bisa. Hal seperti ini bisa menimpa siapa saja. Apalagi kalau keadaan fisik atau psikis calon korban sedang kurang bagus. Ditambah lagi pesan yang dikirim cukup panjang dan kalimatnya susah dimengerti. Itu membuat kita (yang sedang dalam keadaan rariweuh) hanya membaca beberapa keyword, yaitu: Kepsek, Undangan Seminar, dan Gratis! Jangan tanya bentuk tabayyun apa yang sempat ditempuh oleh para korban, karena mereka pasti melakukan sesuatu, mencoba mengkonfirmasi, dan sebagainya. Tapi apa daya, sedang apes ya apes saja. Berdasarkan yang saya dengar, dan pendengaran saya sering saja salah, rupanya si pelaku (setelah dihubungi) memberitahukan kepada calon korban bahwa akan mengirim sejumlah uang untuk akomodasi dan sebagainya. Tapi saldo di rekening calon korban itu harus minimal 500 ribu. Lucu juga syarat macem gini, karena ada salah satu teman guru yang sempat “meladeni” si penipu, malah dimarah-marahi oleh si penipu karena saldo di ATMnya kurang. Hahaha, nyebelin gak sih. Kalo dia tahu saldo ATM saya yang cuma berapa rebu perak kayanya udah habis saya dihina-dina :’D LOL. Selanjutnya, setelah syarat terpenuhi, transksi pun dimulai. Saya juga gak ngerti kenapa bisa si korban ini melakukan transfer berkali-kali. Mungkin itu yang disebut hipnotis by phone. Transaksi berhenti saat si korban mulai “sadar” bahwa ia telah ditipu. Ya, begitulah kira-kira ceritanya.

Hal macam gini memang sering sekali terjadi dengan berbagai modus. Dulu sempat ramai soal “Mama minta pulsa”, atau banyak juga yang mengabari bahwa sanak keluarga sedang di rumah sakit dan membutuhkan sejumlah uang secepatnya, serta modus-modus lainnya yang berujung pergi ke ATM buat transfer duit. Seringkali juga informasi yang digunakan si pelaku benar adanya. Contohnya saja pada kasus “SMS penipuan guru” ini. Benar bahwa kepsek tempat saya mengajar adalah Bapak yang namanya disebutkan di sms. Benar bahwa saya terdaftar sebagai guru di sana. Benar bahwa Hamid Muhammad adalah Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Walaupun sampai saat ini saya masih skeptis dari mana mereka tahu data diri saya termasuk nomor hp saya. Mengajar di sekolah itu saja baru masuk minggu ke tiga, bahkan SK Kepsek tentang diangkatnya saya sebagai pengajar honor di sana masih dalam proses pengerjaan. Terus gimana bisa saya ikut-ikutan jadi target penipuan itu?
Ya sudahlah, kayak gak apal penjahat hari gini aja. Hacker di mana-mana. Sistem mereka pasti jauh lebih canggih dari apa yang saya bayangkan. Saya yang gaptek ini mah apa atuh, cuma bisa bayangin kalo hacker itu ya kaya “malaikat komputer” di film So Close, keres abizzzz…

Yang jelas sekarang mah harap berhati-hati terhadap modus penipuan apapun, khususnya penipuan via sms atau telepon. Jangan lupa mengkroscek kebenaran dan jangan langsung panic. Tetap jaga kestabilan emosi, hati, dan perasaan. Eaaa…

Buat guru-guru khususnya, pasti tahu dong kalau soal seminar atau pelatihan apalagi skala nasional gitu pasti ada surat-menyuratnya. Ada prosedur yang secara bertahap dilakukan, misalnya pengisian data diri secara offline maupun online, briefing mengenai kegiatan yang akan dilakukan, dan sebagainya. Terus ya, punten pisan itu si Dirjen mana mau nomor hp nya dijadikan contact-person urusan seminar? Macam tak punya staff pula.

Cukup sekian ceritanya, semoga kita bisa memetik pelajaran atau minimalnya memetik apa saja yang bisa dipetik dari tulisan panjang ini. Mudah-mudahan juga teman-teman, kerabat, atau siapa saja yang pernah menjadi korban penipuan selalu diberi ketabahan dan kekuatan serta keikhlasan bahwa segalanya milik Alloh dan akan kembali kepada Nya. Buat yang nipu juga semoga segera sadar da ditipu itu gak enak. Kalau gak percaya, coba saja anda nipu diri anda sendiri sekali-kali. Sakit bro :’)

2 comments:

  1. Jadi inget waktu kuliah dulu din (padahal sekarang masih), tepatnya waktu jadi aktivis UKM. Sms serupa yang mengatasnamakan WR III (Bagian Kemahasiswaan) juga sering banget. Beberapa anak memang sempat jadi korban, bahkan jutaan rupiah melayang karena hipnotis itu.

    Kalo aku gak kenal langsung sama WR-nya, dan dapet nomor HP pribadi dari si Ghanis, yaa barangkali juga setengah percaya gak percaya. Tapi yang jelas, hati2 aja lah. Modus gitu juga banyak banget. Siapa tau suatu hari nanti dia mengaku jadi pacar kita (nahloh!)

    Haha, banyak2 berdoa aja lah. Biar dilindungi dari kejadian semacam itu.

    By the way, selamat mengajar bu guru! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah itu pr 3 kepentingannya apa ceunah? seriusan asa orang penting pisan dihub pr 3 wqwq..
      ngaku pacar kan sering gi, modus bebeb minta pulsa ~
      betewe trimakasih agi. lantjar ya sekripsinyaa!

      Delete

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)