Saya pernah berjanji, menuliskan laman
persembahan ini di blog karena tidak saya cantumkan di skripsi. Inilah
orang-orang yang terlibat, banyak ataupun sedikit, diminta maupun tidak, ikhlas
ataupun terpaksa, hahaha..
Pengerjaan skripsi diawali dengan perebutan
pembimbing Skripsi, dan setelah berjuang dengan agak maksa, saya pun berjodoh
dengan Prof. H. Yaya S. Kusumah, sebagai pembimbing I dan Dr. Hj Aan Hasanah
sebagai pembimbing II. Skripsi saya bukan apa-apa tanpa mereka :’) Sehat terus
ya, Pak, Bu.
Lalu pemilihan judul. Pak Yaya minta
saya mencari 10 judul sekaligus outline nya untuk diajukan kepada beliau. Malam
itu, hari Rabu, saya minta ditemani Dean nongkrong di perpus hingga larut.
Thanks Dean, yang udah bawain roti dan aqua karena saya lupa makan sejak siang.
Setelah beberapa kali melewati tahap diskusi
dengan Pak Yaya, akhirnya lahirlah judul skripsi: Literasi Matematis dan
Kecemasan Matematika Siswa SMA dalam Implementasi Model Pembelajaran Project
Based Learning. Topik yang saya ambil Geometri. Literasi? Apa itu Literasi? Ini
lucu. Awalnya saya tertarik dengan sebuah judul Disertasi yang menyebutkan kata
literasi matematis. Literasi yang saya tahu adalah kemampuan menulis, dan saya
suka menulis. Lalu kenapa kemampuan menulis dikaitkan dengan matematika? Saya
sudah sangat ke-pe-de-an saat itu. Saya yakin kemampuan menulis itu sangat
penting dalam bermatematik. Tadinya saya pikir skripsi saya akan bicara soal
itu, soal bagaimana mengkomunikasikan matematika melalui tulisan. Tapi nyatanya
saya salah! Literasi yang dimaksud tidak persis seperti arti harfiahnya!
Literasi matematis bukan biacara soal itu! Saya kena zonk T.T Tapi karena Pak
Yaya sudah terlanjur tertarik dengan salah satu judul yang saya ajukan itu,
akhirnya saya pun tidak bisa berbuat apa-apa. Ditambah lagi, saat itu saya
orang pertama di antara orang-orang yang mengontrak skripsi, yang mengukur dua
domain sekaligus (kognitif dan afektif). Ini juga lucu. Tadinya saya tertarik
membahas tentang kecemasan matematika yang nampaknya berpengaruh juga pada
prestasi siswa dalam bermatematika. Tapi kata Pak Yaya, kalau saya hanya
mengukur kecemasan matematika, artinya hanya mengukur domain afektif, sedangkan
sejatinya afektif dalam matematika tidak begitu krusial untuk diukur. “Orang
yang mengerjakan soal matematika, pasti jujur. Tidak ada yang membuktikan
teorema lalu ia berbohong di tengah-tengah langkah pembuktiannya,” kata Pak
Yaya. Dan ia benar, selalu benar. Buat apa kita ukur afektifnya kalau begitu?
Ya sudah, kita ukur kognitif saja berarti, ya Pak? “Tapi, kalau kamu hanya
mengukur kognitif, kamu kehilangan kesempatan untuk belajar membuat angket”
Jadi kesimpulannya, ukur dua-duanya! Fix banget ini mah kena zonk teh -_-
Pembuatan proposal gak ada kendala.
Mulai ribet itu ketika membuat instrumen dan perangkat pembelajaran, dari mulai
kisi-kisi, soal, butir angket, sampai pembagian materi. Orang-orang yang
terlibat dalam pembuatan instrument ini adalah:
Pak Wawan Kahiyangan, S.Pd, begitulah
nama facebooknya. Dia itu guru Fisika di sekolahan ade saya, yang pernah
mengajar les saya. Guru sekaligus partner curhat soal perkuliahan macem begini.
Terimakasih, Pak, sudah bantu saya menyusun bahan ajar, berdiskusi tentang
pemilihan project, dan memeriksa RPP saya :) Dalam pembuatan bahan ajar berupa
Lembar Kerja Proyek, saya juga dibantu teman saya bernama Deni. Dia yang bikin
ilustrasi, buat apa punya teman anak TI kalau gak kita maintain tolong hehehe.
Thankyou, Deni. Ilustrasinya oke.
Selanjutnya penyusunan instrument atau
soal literasi matematis. Kali ini special thanks buat Lucy Dewan Yulianto, yang
udah mau berbagi soal-soal literasi yang dia pakai untuk penelitiannya bersama
salah satu dosen. Padahal katanya soal-soal itu gak boleh beredar, hehe. Tapi
Lucy baik, mau ngasih ke saya dan gak lupa nanyain progres pembuatan instrument
saya tiap ketemu.
Lalu ada Derandi, alias Dean Reafangga
Setiadi. Dia Bapa Geometri! Sejak awal memilih topik Geometri saya bilang ke
dia: De, berjanjilah jangan pernah meninggalkan aku. Hahaha lebay emang. Tapi
saya serius. Saya berani ambil Geometri yang seksi itu, salah satunya karena
Dean berjanji akan membantu kalau saya butuh sesuatu. Bahkan kalau saya butuh
orang lain selain dia. Sebut saja Taqi. Dia calon Bapa Geometri. Saya diajak ke
tempat Taqi oleh Dean untuk diskusi saat penyusunan instrument. Mereka berdua
itu pakar Geometri lintas angkatan, Thankyou gaes!
Makasih juga buat Ate yang beberapa kali
jadi observer saat sedang penelitian. Terimakasih buat Mpit alias Rizky
Fitriani yang bersedia menggantikan saya mengajar di kelas PPL saya sementara
saya penelitian. Terimakasih buat siswa-siswi kelas X MIA 3 dan 4 SMA N 6
Bandung yang dengan senang hati (walaupun tidak tahu) menjadi objek sekaligus
subjek penelitian saya. Juga anak-anak kelas XI MIA 5 yang udah saya repotin
untuk uji soal dan angket. hehe
Setelah menyusun instrument, melakukan
penelitian, dan pengambilan data, langkah terakhir sebelum penutup adalah
pengolahan data. Nah, bagian ini yang penuh dengan cobaan. Siapapun yang pernah
mengolah data skripsi, pasti ingin mendapatkan hasil yang sesuai hipotesis.
Kalau tidak sesuai? Ya dianalisis kenapa sebabnya, atau… disesuaikan. Hehehe.
Itulah godaan terbesarnya. Alhamdulillah dalam pengolahan data, saya gak terlalu
banyak kendala. Ada yang tidak sesuai hipotesis tapi itu juga bukan masalah
karena berhasil saya analisis. Tahap olah data ini yang paling berjasa adalah
teman saya Dina Putri Setyowati. Dia yang sudah selangkah lebih dulu dalam
pengerjaan skripsi, sudah ekspert banget ngotak-ngatik SPSS. Dia juga yang
nemenin saya malam-malam nongkrong di perpus buat nyari tau salah satu cara
pengolahan data. Saat itu sudah hampir ditutup pendaftaran sidang, tapi
pembimbing saya malah minta saya buat ganti rumusan masalah, otomatis olah
datanya beda lagi. Itu masa-masa kritis, dan Dina ada di situ. Terimakasih
Alloh yang baik, telah menciptakan makhluk mungil nan endut Dina Putri :* hihi.
Makasih juga buat teh Siti Munirah, wisudawan terbaik tahun lalu, yang telah
minjemin buku-buku statistiknya buat referensi.
Hingga akhirnya sampailah saya pada
sidang skripsi. Dibantai habis oleh penguji tanpa didampingi pembimbing
skripsi. Hahaha. Tapi gak papa, saya lega. Semua yang saya usahakan gak
sia-sia. Terimakasih ya kalian :) Semoga Alloh yang Maha Baik membalas kebaikan
kalian dengan balasan yang berlipat, aamiin. Buat yang belum kesebut namanya,
mungkin saya lupa, tapi doa ini buat kalian juga :)
good job. :D
ReplyDeleteyeaay :D
DeleteKangen kuliah :D
ReplyDelete