9/14/2015

Tai Kucing

Aku membolak-balik halaman buku itu, membaca kisah Soekram dalam setiap halamannya. Tapi tak kudapati apa-apa, kecuali kamu.

Aku kembali pada sofa magenta itu, memetik senar gitar dan memainkan beberapa lagu. Mulutku berdendang, hatiku terus menyebut namamu. Fantasiku melayang membayangkan dan menebak-nebak: sedang apa sekarang? sedang di mana? Padahal aku tahu, kamu sudah pernah bilang.

Bersama pagi aku tabah menunggu siang, bersama siang menanti sore, sore paling tai kucing kalau kata Alina. Menurutku, pagi siang sore semuanya tai kucing. Menjelang malam kusempatkan menyapamu, seperti yang biasa kita lakukan sampai tertidur kebosanan. Lalu kita kembali menyapa esok.

Setiap pagi aku berdoa agar diberi kesibukan sesibuk-sibuknya. Aku ingin lebih sibuk dari waktu. Aku tidak mau ingat Bandung dan seisinya. Aku ingin terbebas dari rindu, dari cemburu. Aku ingin ini ingin itu banyak sekali. Aku ingin kamu.

*pertengahan pagi, selonjor di sofa panjang bersama trilogi Soekram dan pesan singkatmu yg malas kubaca.

No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)