6/02/2015

tentang Kucing dan Empati

“Ada dua cara untuk mengalihkan pikiran dari masalah-masalah kehidupan: musik dan kucing”

Begitulah kata Albert Schweitzer yang saya pilih sebagai kalimat pembuka pada tulisan kali ini.

Saya baru saja menyelesaikan bacaan saya – novel setebal 285 halaman yang lama sekali tertunda. Judulnya, Oscar si kucing ajaib. Novel ini ditulis oleh seorang Dokter spesialis geriatri (kebalikannya dokter anak, alis dokter yang khusus menangani penyakit2 manula) asal Rhode Island, Amerika Serikat. Dalam bukunya, Dokter Dosa (Penulis) menceritakan tentang pengalamannya bekerja di panti wreda bernama Steer House, bersama para perawat dan staf termasuk Oscar, si kucing ajaib. Ya, sebenarnya menurut saya agak berlebihan menyisipkan tulisan kecil: si kucing ajaib, pada cover buku ini. Karena menurut saya, semua kucing memang ajaib. Ingat, kucing adalah salah satu keajaiban dunia: Spinx.

Selain buku-buku sastra yang isinya puitis – menuju lebay – saya juga suka dengan buku-buku terjemahan. Apalagi kalau penerjemahnya pandai memilih kata dalam bahasa Indonesia yang tepat. Selain itu, ini buku tentang kucing. Saya jadi tertarik untuk baca.

Oscar adalah seekor kucing yang sudah ada sejak Steere House berdiri. Saat itu Oscar masih seekor anak kucing. Saya tidak tahu bagaimana isi panti wreda pada umumnya di Indonesia, tapi di Steere House ini digambarkan bahwa panti wreda seperti tempat peristirahatan terakhir (sebelum makam) bagi para manula. Sebagian besar pasiennya menderita penyakit yang hampir mustahil diobati, mengingat kondisi pasien yang sudah berumur. Jadi, pasien-pasien itu hanya tinggal “menunggu waktu” – saya agak bingung memilih kata yang tepat untuk kematian.

Digambarkan lagi, penyakit sebagian besar pasien adalah Alzheimer. Saya sendiri mengenal Alzheimer dari film A Momment to Remember dan dari buku ini. Penyakit Alzheimer seperti kutukan Cruciatus di serial Harry Potter. Alzheimer membunuh pasiennya pelan-pelan. Bagi yang belum tahu, Alzheimer adalah gangguan ingatan. Penderita Alzheimer awalnya akan seperti orang yang pikun, seperti lupa menaruh kunci, lupa bagaimana cara memasak, bahkan lupa bagaimana cara berpakaian. Penderita Alzheimer “bergerak” mundur seperti kembali menjadi bayi, hanya saja usianya tidak bertambah muda. Jadi, ingatan-ingatannya akan hilang dari mulai yang terbaru. Tapi please, buat orang-orang yang gagal move on, jangan sekali-sekali berdoa agar terkena penyakit ini. Sekilas akan sangat menyenangkan melupakan hal-hal yang membuat kita tersiksa kala mengingatnya. Tapi Alzheimer tidak pilih-pilih ingatan mana yang akan dilupakan. Seseorang tidak akan lagi mengenali suaminya, bahkan ia akan lupa bahwa ia telah menikah. Yang terparah ia juga akan lupa siapa dirinya. Penderita Alzheimer telah mati duluan mentalnya, sebelum datang kematian fisiknya. Ya seperti itulah kurang-lebihnya tentang si Alzheimer.

Lalu, dimana Oscar? Ya, seperti yang tadi saya ceritakan, para pasien Alzheimer melupakan segalanya, tapi mereka akan tetap menyukai kucing. Maksud saya, siapa yang tidak terhibur dengan tingkah-polah kucing? Ah.. saya tahu pasangan Lia-Isman, salah satu teman saya di UPM, sangat membenci kucing. Tapi mungkin hanya dua orang itu di dunia ini yang tidak menyukai kucing, hahaha. Bahkan ada satu kisah di buku itu di mana seorang pasien Alzheimer yang bukan termasuk penyuka binatang, tiba-tiba menjadi sangat akrab dengan Oscar di masa-masa akhir hidupnya. Ya, Oscar ada di saat ia akan meninggal.

Di situ mungkin letak kata “ajaib”nya. Oscar bukan kucing yang gampang didekati manusia. Buat kalian penyuka kucing, pasti tidak awam dengan hal itu, karena tidak semua kucing suka digendong, atau dibelai makhluk yang tidak dikenalnya. Kucing itu kawan kita yang jual mahal, tidak seperti anjing. Kalian bisa melatih dan menyuruh anjing melakukan apa yang kalian minta. Tapi kucing tidak. Manusia bisa memiliki anjing, tapi kucinglah yang memiliki manusia, hahaha. Nah, begitu pula dengan Oscar. Ia tidak pernah mau disentuh kecuali jika sedang ingin minta digaruk. Lalu manusia di sampingnya pasti menurut saja. Setelah puas, Oscar pun akan pergi menghilang entah kemana. Dan tahu kapan ia kembali? Ia selalu kembali di saat pasien Steere house membutuhkannya. Oscar seakan dapat mendiagnosa kapan seorang pasien akan berpulang. Dan di hari-hari menjelang ajalnya, pasien Steere House akan menemukan Oscar meringkuk di atas selimutnya. Padahal sebelumnya, tanda-tanda kematian secara medis tidak ditemukan pada sang pasien. Tidak hanya satu-dua pasien Steere House yang mendapatkan pelayanan seperti itu dari Oscar, tapi semua pasien. Lalu bagaimana ketika pada saat yang bersamaan ada dua atau tiga pasien yang sekarat? Oscar akan menentukan pilihan terbaiknya. Pernah diceritakan suatu hari pasien A yang mengidap Alzheimer dan radang paru-paru akut meninggal di kamarnya. Pada saat yang sama, Oscar ditemukan sedang meringkuk di kamar lain yang keesokan harinya pasien tersebut meninggal. Setelah diamati, ternyata pasien A meninggal dalam kondisi yang baik. Fugsi tubuhnya menurun tapi tidak disertai dengan kejang-kejang atau hal lainnya yang membuat pasien menderita. Berbeda dengan pasien lainnya yang saat itu didatangi Oscar. Ia mengalami masa-masa hebat yang menyakitkan di akhir hidupnya. Sekali lagi, Oscar mendiagnosa dengan tepat.

Secara sains, kemampuan Oscar ini sebenarnya dapat dijelaskan. Di saat seseorang akan meninggal, fungsi sel-sel tubuhnya akan berangsur-angsur menurun bahkan hingga tak berfungsi. Di saat itulah sel-sel tersebut menguraikan karbohidrat dalam tubuh menjadi berbagai senyawa, di antaranya berbagai jenis keton – campuran kimia yang memiliki aroma manis. Seperti yang kita tahu, hewan memiliki indra penciuman yang lebih peka dari manusia. Mungkin saja Oscar mencium aroma-aroma tersebut sebelum terjadi kematian. Allahualam bissawab, hehe.
 
Kehadiran Oscar tidak hanya berpengaruh positif pada kondisi pasien, tetapi juga pada keluarga pasien. Oscar seperti memiliki empati yang tinggi. Dan menurut saya, semua kucing yang sudah tinggal bersama kita, akan bersikap sama. Sedikit saya akan menceritakan Hanhan, kucing yang sudah tinggal bersama saya dan keluarga kami sejak kecil.

Hanhan berusia sekitar 1 bulan saat kami menemukannya terjatuh dari atap. Rumah kami ditinggali oleh 5 anggota keluarga, yaitu Mama, Papa, Ade, Nenek, dan kadang-kadang saya, hehe. Diantara kami berlima, nenek saya paling tidak suka kucing, geli katanya. Entah kenapa ada orang yang merasa geli melihat kucing, apa lagi anak kucing, heran saya juga. Saat itu nenek saya mengidap penyakit jantung, dan hari-harinya di rumah ia habiskan bersama Hanhan, karena anggota keluarga lain pergi bekerja dan sekolah. Lambat laun, saya melihat perubahan pada nenek saya. Ia menjadi sangat sayang pada Hanhan, bahkan setiap pagi ia berjemur sambil memangku anak kucing itu, so sweet lah pokoknya. Tapi saya tidak tahu, apa Hanhan seperti Oscar yang mendampingi nenek saya sebelum ajalnya menjemput?

Hanhan juga bukan kucing yang pendiam dan dengan senang hati dibelai manusia. Walaupun kami merawatnya, Hanhan kecil paling tidak suka dibelai. Ia lebih suka kami mempermainkannya sehingga ia akan balas mengejar kami, mencakar dan menggigit. Orang-orang sekitar malah takut padanya. Katanya, Hanhan kucing yang galak. Saya hanya tertawa saja setiap ada yang mengeluh kenapa Hanhan susah sekali disentuh. Ya, saya tertawa karena saya mengetahui yang sebenarnya. Hanhan datang ketika ia dibutuhkan, persis seperti Oscar.

Suatu hari saya sedang merasa terpukul dan sedih sekali, bagaikan seluruh dunia tidak ada yang berpihak pada saya – lebay mode: ON. Hanhan yang dulu berusia kurang lebih 3 bulan tiba-tiba melompat ke arah saya, lalu menjilat wajah saya, lengan saya, apa saja yang dia bisa. Sepertinya ia tidak akan berhenti kalau saya tidak menghentikannya. Saya tahu Hanhan makhluk penyayang, tapi bagaimana ia tahu saya sedang membutuhkan seorang atau baiklah, seekor teman. Keesokan harinya Hanhan bersikap angkuh seperti biasa seperti tidak terjadi apa-apa, hahaha. Kini akibat pergaulan bebas, hanhan melahirkan 2 bayi kucing yang juga menjadi penghuni rumah kami.

Ya, begitulah tulisan panjang saya tentang kucing. Senang bisa berbagi :)

No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)