3/28/2015

L U C Y



Kalau menggunakan 100% kapasitas otak artinya menjadi seperti Lucy, saya bersyukur hanya dapat menggunakan 10% nya saja. Memang siapa Lucy?

Lucy (Scarlett Johansson) seorang mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Taipei. Suatu hari, Lucy dimintai tolong oleh kekasihnya, Richard, untuk mengantarkan kopor pada seseorang bernama Mr. Jang. Sejak awal kemunculannya, Lucy digambarkan sebagai gadis yang pandai dan kritis. Ia tidak begitu saja mengiyakan perintah teman kencannya itu. Karena dirasa tidak berhasil membujuk Lucy, Richard pun melakukannya dengan paksa. Ia memborgol lengan Lucy dengan kopor itu dan mengatakan bahwa kuncinya ada pada Mr. Jang. Mau tidak mau, tentu saja Lucy harus mengantarkannya. Dari sinilah petualangan dimulai.

Mr. Jang adalah mafia narkoba terbesar di sana. Ia dan kelompoknya baru saja berhasil mensintesa narkoba jenis baru bernama C.P.H.4. Narkoba ini memiliki efek yang luar biasa pada pemakainya. Apalagi jika dipakai dengan dosis yang berlebihan, pemakainya bisa menggunakan seluruh kapasitas otaknya, alias 100%. Tertarik? Mungkin terlihat menarik, apalagi selama ini riset membuktikan bahwa manusia sekelas Einstein saja baru menggunakan kapasitas otaknya sebanyak 10%. Walaupun ada juga yang mengatakan itu hanya mitos, seperti yang saya baca di sini. Lalu bagaimana kalau kinerja otak kita dapat mencapai 100%? Jenius? Tidak. Dalam film ini, hal itu lebih jauh dari apa yang kita pikirkan.

C.P.H.4 segera diperkenalkan pada dunia. Tentu saja diselundupkan. Di mana? Di dalam perut 4 orang yang ditangkap secara acak, termasuk Lucy. Secara tidak sengaja dan tanpa diketahui oleh siapapun (kecuali kita yang nonton), narkoba dalam perut Lucy bocor dan menjalar pada seluruh jaringan tubuhnya. Lucy pun sekarat, tapi akhirnya justru menjadi hebat. Ia bingung harus melakukan apa dengan kemampuan luar biasanya itu. Lalu ia menghubungi salah satu ahli otak manusia bernama Profesor Norman (Morgan Freeman).

Satu lagi film sciene fiction yang membuat saya beberapa kali mengernyutkan dahi. Mungkin benar apa yang Profesor Norman katakan: umat manusia belum siap menerima kemajuan ilmu pengetahuan ini. Saya tidak siap menerima bahwa: benarkah itu yang akan terjadi pada manusia yang berhasil menggunakan 100% kapasitas otaknya? (Loh, memang seperti apa?) Karena rasa hormat saya kepada kalian yang belum nonton, maka tidak akan saya jawab :))
Selain itu, dalam film ini banyak cerita yang tidak disertai kisah pendukung. Seperti ada bagian yg hilang atau tak memiliki penjelasan. Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya, benarkah demi merebut C.P.H.4, Lucy harus dengan serta merta mengacaukan kota, menimbulkan kerugian materi dan banyak korban jiwa? Sebuah absurditas menurut saya, hahaha.. 

Overall, saya beri nilai 7 dari 10 sebagai rekomendasi tontonan kalian. Dalam film ini, banyak pengetahuan tentang sains yang kita dapat, walaupun tetap harus memilah mana riset dan mana fantasi belaka. Film ini juga mengajarkan sedikitnya kepada kita tentang filosofi kehidupan. Salah satunya, filosofi keren yang saya dapat dari film ini, yaitu tentang eksistensi sang waktu. Kehidupan ada ya karena ada waktu. Maka teori baru, baru saja saja kita dapatkan bahwa satuan terkecil kehidupan bukanlah sel. Sel bukanlah unit. Waktulah unit.

*Tulisan panjang di kereta. Biar kaya J.K rowling :))

No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)