2/12/2015

Selamat jalan, Pak Erman


Ini bukan sebuah obituari, hanya tulisan tentang sosok salah satu dosen saya yang hari ini (Kamis, 12 Februari 2015) baru saja dikabarkan telah meninggal dunia. Ialah bapak Erman Suherman.

Pertama kali saya belajar dengan beliau saat saya semester 3. Saat itu beliau dosen pengampu mata kuliah Belajar Pembelajaran Matematika (BPM). Kita belajar pakai modul buatannya yang tiap tahun mengalami revisi. Tahun lalu, pastilah revisian terakhirnya. Satu lagi tulisan Pak Erman yang saya pakai sampai sekarang adalah buku Evaluasi Pendidikan Matematika (EPM). Buku itu ditulis bersama Prof. Yaya (dosen saya yang lain) pada tahun 1990 dan agaknya telah menjadi buku sejuta umat buat mahasiswa pendidikan dan calon pendidik. Karya tulis lainnya saya rasa masih banyak lagi. Jurnal-jurnal tentang pendidikan matematika juga banyak mencantumkan nama beliau, baik sebagai penulis maupun pembimbing.

Bicara tentang tulisannya, Pak Erman memiliki ciri khas tersendiri. Membaca modul dari Bapak, saya seperti sedang membaca buku motivasi, dan saya rasa semua yang pernah baca pasti setuju. Dalam modul setebal 663 halaman itu, ada banyak puisi dan petikan-petikan motivasi. Salah satunya yang saya kutip berikut ini:

Wahai Saudaraku
(Erman, 1426 H)

Wahai saudaraku yang mengaku berilmu
Dan merasa banyak yang engkau tahu
Bukankah engkau diciptakan Kholiqmu
Hanya untuk beribadah kepada-Nya, sebagai hamba Allah
Adakah cahaya ilmu yang menerangi
Kegelapan hati dalam perjalanan hidupmu
Serta untuk kendali nafsumu
Sehingga dengan bertambahnya ilmu
Engkau makin tawadhu
Dan mendekat kepada Allah penciptamu
.....................

Menjadi guru itu ada 4 kompetensi yang mesti dipenuhi. Pertama kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan strategi pembelajaran, termasuk pemahaman materi, perancangan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan kondisi siswa di lapangan, juga evaluasi. Yang kedua, kompetensi profesional, yang berkenaan dengan keilmuan matematika, metodologi, inovasi, penelitian tindakan kelas, dan penggunaan ICT. Kedua kompetensi ini yang biasanya lebih diperhatikan oleh para calon pendidik maupun yang sudah menjadi pendidik.

Tapi, pak dosen saya satu ini justru lebih menekankan pada 2 kompetensi lainnya yaitu kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Menyoal dua hal ini memang perlu dicermati, apalagi dalam membelajarkan matematika yang kebanyakan menjadi momok bagi siswa.
Menurutnya, guru harus memiliki kepribadian yang baik. “Guru itu ‘digugu dan ditiru’,” begitu ujarnya yang sampai saat ini melekat dalam ingatan saya.
Kata-kata “digugu dan ditiru” itu membuat saya tersadar bahwa “helow.. kita ini calon guru loh.. masa calon guru begini.. masa begitu..”

Contoh kecilnya adalah tentang kehadiran yang tepat waktu. Saya, sering sekali masuk terlambat ke kelas. Lima menit atau bahkan sampai terlambat 1 jam pun saya pernah. Tapi tidak untuk mata kuliah beliau. Pak Erman orang yang sangat disiplin apalagi menyoal waktu. Saya datang tepat waktu selain karena menghormati beliau, tapi juga karena takut disindir habis-habisan, hehe. Beliau memang gak pernah marah sama mahasiswa yang datang terlambat, tapi sindirannya bikin kita kapok terlambat lagi :) Bagus sekali menurut saya. Rata-rata dosen saya (apalagi yang tittlenya berlatar belakang pendidikan) memang gak pernah memarahi mahasiswanya. Mereka punya strategi lain untuk membuat mahasiswanya jera dan tidak mengulangi lagi kesalahannya.

Pak Erman juga orang yang sangat cermat. Kesalahan kecil saja bisa terdeteksi sama beliau. Misal, ketika kita presentasi, ada saja kurangnya. Dari mulai mata yang tidak menatap audiens, posisi tangan, blocking ketika menerangkan materi, dan tentunya tentang kekeliruan-kekeliruan pada materi yang kita paparkan. Hal detail (seperti pemilihan template, animasi, transisi, dan warna font pada power point) yang seringkali kita sepelekan adalah kesalahan fatal yang rupanya cukup berpengaruh terhadap respon siswa kelak.

Hal itu kentara sekali saat saya mengontrak mata kuliah Media Pembelajaran dengan beliau. Dari mulai pembuatan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), pembuatan media pembelajaran elektronik dan manual (saat itu saya membuat Lintur yang cara pembuatannya pernah diposting di sini juga). Pembelajaran media ini seperti yang memutarbalikkan pandangan saya tentang bahan ajar, misalnya LKS, dari yang kita kenal sebagai kumpulan soal-soal yang jawabannya sudah ada pada rangkuman di halaman sebelumnya, menjadi sebuah kalimat-kalimat pembimbing yang dapat membantu siswa mengkonstruksi sendiri sebuah teori. Pembuatan LKS dan media kita beberapa kali kena revisi. Tapi, Alhamdulillah dengan begitu kita jadi banyak sekali belajar. Kita belajar menghargai teman, menghargai waktu, menghargai hasil pekerjaan, dan menghargai diri sendiri.

Kini, Pak Erman telah pergi mendahului kita bertemu sang pencipta. Tapi ilmu yang senantiasa ia beri, nasihat-nasihat yang tak pernah luput ia lontarkan, semoga selalu melekat dan berguna bagi kita kelak. Selamat jalan Pak Erman. Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu.

No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)