Emang pacaran dalam Islam gak boleh ya?
Iya, Rasulullah melarang segala jenis
khalwat yang bukan mahram, termasuk pacaran.
Walaupun beda negara, LDR gitu?
Mau beda negara, beda alam, beda
dunia, mau LDR, tetangga, tetep aja haram.
Kan pacarannya gak ngapa-ngapain
Gak ngapa-ngapain aja udah maksiat
dan dapet dosa, rugi kan?
Tapi kan kita punya perasaan?
Terus? Gue harus bilang wow!
Kalo pacarannya bikin positif?
Positif hamil maksudnya?
Hadeuh.. misalnya bikin rajin shalat gitu?
Shalatmu untuk Allah apa untuk pacar?
Pernah denger ikhlas?
Terus solusinya gimana? Kan Allah ciptakan rasa cinta?
Ya menikah, itu solusi dan baru
namanya serius.
Tapi kan saya belum cukup umur?
Udah tau belum cukup umur, belum niat
nikah, malah pacaran.
Pacar saya bilang dia serius. 6 tahun lagi dia mau lamar saya
Itu mah gak serius. Sama aja teken
kontrak buat hidup sengsara 6 tahun ke depan.
Pacar saya bilang nunggu sampe punya rumah, baru lamar saya
Itu agen properti atau calon suami
sih?
Pacar saya bilang nikahnya nanti kalo udah cukup duit
Klise banget. Itu cuma keluar dari
mulut cowok yang miskin komitmen
Pacar saya bilang dia siap, tapi nunggu lulus
Itu namanya gak siap
Pacar saya siap ketemu orang tua sekarang, tapi saya yg belum siap
Cape deh !
Jadi gak boleh pacaran nih? Kalo dikit aja gimana?
Yee pake nawar, emang ini toko besi.
Yaudah kakak adik aja ya?
Wkwkwk maksa banget sih.
Iya deh. Tuh udah saya putusin pacar saya. Dia mau bunuh diri katanya.
Tuh kan mental lelaki begitu, suruh
nguras laut aja sana.
Hahaha,
jangan kaget kalau percakapan barusan saya kutip dari bukunya Felix Y. Siaw – islamic inspirator yang akhir2 ini
kicauannya sering di re-cuit pengguna
medsos – yang berjudul “Udah, Putusin Aja!” Kenapa saya bilang jangan kaget?
Jawabannya adalah, “kenapa enggak?” Hehe nggak atuh, bukan itu jawabannya.
Pertama, saya, yang pilih-pilih banget genre buku, jarang baca buku bertema
islam atau kepercayaan lainnya kecuali memang best seller dan udah banyak testimoni yang merekomendasikan buat
baca, kayak La Tahzan. Buku-buku keagamaan itu biasanya – pasti – berisi syiar
yang lumayan berat diserap otak awam kayak saya. Banyak kalimat-kalimat yang
seolah mengancam, menekan, mendoktrin, dan membuat saya merasa menjadi manusia
paling berdosa di muka bumi #sedihbanget. Eh tapi serius, kebanyakan emang
begitu. Apalagi visualnya yang lebih banyak menonjolkan kesan seram neraka
dibanding indahnya surga. Kebanyakan loh ya, tapi gak semua.
Contohnya buku terbitan
Mizania ini. Covernya bahkan full of pink
yang tentu membuat pembaca, sekilas, gak akan menyangka kalau buku ini ditulis
oleh seorang ustad. Yes, ustad beretnis tionghoa ini memang gak salah pilih
Emeralda Achni sebagai partnernya dalam urusan visual. Gaya penulisannya yang
ringan klop banget sama ilustrasi
lucu-lucuan yang biasa kita temui di komik, atau buku cerita, atau bacaan
ringan lainnya, yang tentunya tetep bernuansa islami.
Sama seperti judulnya,
buku ini memang membuat para pelaku pacaran kehabisan alasan untuk
melanggengkan status in relationship
mereka. Pandangan islam tentang apa yang disebut pacaran juga berbagai aksen
yang identik dengan pacaran, dikupas tuntas. Saya kasih contoh, perayaan hari valentine. Asal-usul 14 februari yang
diadaptasi dari perayaan “Festival Lupercalia” pada zaman romawi kuno ini,
dibahas dengan lugas, mulai dari latar belakang, pelaksanaan, pengaruhnya pada umat,
pandangan islam disertai hadist dan riwayat, sampai pada kesimpulan: Say No to
Valentine.
Sampai di situ, tersirat
jelas sasaran penulisan adalah bagi remaja-remaja muslim di Indonesia yang
mulai keranjingan budaya Barat tanpa tahu seluk-beluk, manfaat dan mudharatnya.
Iya, remaja, yang “secara Indonesia” belum memasuki usia pernikahan. Tapi, di
Chapter ke 6 (dari 11 Chapter), Felix Siaw justru menganjurkan sebuah ikatan
pernikahan, bagi yang sudah siap berdasarkan kriteria-kriteria yang disebutkan.
Chapter selanjutnya memperkenalkan konsep ta’aruf juga khitbah. Bahkan Chapter
ke 11 (terakhir) menjawab pertanyaan “kapan menikah?” . Gimana tuh, pembaca?
Hehe.
Saya sempat mau menghadiahi adik saya (ABG, 15
thn) buku ini, tapi nggak jadi. Menurut saya, pokok bahasan pada Chapter 6 dan
seterusnya terlampau jauh jika disodorkan bagi remaja yang menjadi sasaran di
awal. Walaupun memang sangat berkaitan. Pandangan saya loh ya, untuk bahasan
selanjutnya itu udah beda sasaran, bukan remaja lagi. Pola pikir remaja,
khususnya yang baru mengenal konsep berkhalwat dalam islam ini, khawatir belum bisa
mencerna dengan baik sampai kesitu, istilah bekennya #gagalpaham. Baiknya, buku
ini dibagi menjadi 2 series, istilahnya kayak tahap beginner dan tahap lanjutan. Jadi, para beginner itu punya waktu untuk merenungkan apa saja yang sebaiknya
diperbaiki, baru memikirkan apa yang harus dilakukan. Nah, jawabannya bisa
didapat dengan membaca buku tahap lanjutannya :D
Itu aja sih kekurangannya
menurut saya, overall buku ini recommended
buat jadi reading list kalian
selanjutnya. Loh, udah penutup aja, Din? Kenapa? gak puas sama bahasannya? Coba
deh sekali-sekali lo bahas sendiri! Heuheu :P
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)