12 Oktober 2013
Pukul 23.57
Ini malam yang penting, lebih penting
dari malam pergantianku sebelumnya. Aku akan ditelanjangi, semuanya akan luruh.
Aku tak yakin harus bersyukur atau menyesal. Namun kali ini aku merasa kuat, terlepas
dari perkara pura-pura atau jujur dari lubuk hati. Yang jelas, aku merasa siap.
Aku pun menanti dengan sabar, bersama waktu yang tak pernah sudi berhenti
bergulir. Sesekali ia menertawakan kepasrahanku, itu menurutnya. Menurutku, aku
tidak sedang berpasrah, hanya siap.
“Sebentar lagi ia akan datang, aku
yang membawanya untukmu,” waktu membuyarkan lamunanku.
“Aku tahu,” jawabku berusaha tidak
buyar seutuhnya.
“Lalu setelah itu kau yang harus
pergi,” ujarnya lagi, kali ini benar membuatku buyar.
“Aku tahu,” kataku lirih, nyaris tak
terdengar. Ya, aku tahu pasti hal itu. Setiap yang datang pasti akan pergi. Aku
tahu aku tidak benar-benar pergi. Hanya menjadi baru, atau justru dipanggil
usang. Aku tetaplah aku. Ia yang tak lama lagi datang pun adalah aku.
Sesungguhnya tak perlu terlalu dikhawatirkan. Tapi bagaimana jika ia rapuh, tak
setegar aku? Atau jika ia renta, tak semuda aku? Ah, apa jadinya nanti ...
“Apa yang akan kau lakukan ketika ia datang?”
lagi-lagi waktu membuatku buyar.
Ya, apa yang aku lakukan ketika ia
datang? Aku sendiri tak tahu. Mungkinkah menyuruhnya pergi dan kembali lagi
setelah aku siap. Nyatanya aku memang tidak siap. Aku khawatir segala
kekhawatiranku terbukti. Aku...
“Apa yang akan kau lakukan ketika ia datang?”
waktu mengulangi pertanyaannya.
“Menyambutnya, berterima kasih karena
telah bersedia menggantikanku,” jawabku mantap. Karena aku...
“3...2...1...”
Siap. “Selamat datang 20”.
Teruntuk 19 - yang siap atau tidak -
akan menjadi 20.
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)