Tujuh hari menjelang tanggal 13 Oktober yang ke 20 kali dalam hidup saya.
Ah, sudah hampir berkepala dua saja. Kadang saya merasa belum melakukan apa-apa
hingga detik ini. Sepanjang usia sepanjang itu juga membuat kecewa orang tua.
Terlalu banyak minta, tanpa bisa mempersembahkan apa-apa. Begitu pun buat hidup
saya sendiri. Terlalu banyak mimpi yang selamanya cuma mimpi. Gak pernah berani
mewujudkannya. Pengecut, nah. Saya seorang pengecut. Terlampau banyak harapan
yang bagi orang sekadar bualan, dan memang akhirnya cuma bualan. Sampai kapan
pun menunggu harapan terwujud tanpa memperjuangkannya, sama saja dengan
nothing. Nah, saya pembual, saya nothing.
Nggak baik merendahkan diri, harusnya saya bersyukur dengan apa yang saya
miliki saat ini. Tuhan menciptakan saya dengan penuh kesempurnaan. Ruh saya
yang sakit. Penyakitnya dibikin sendiri. Tuh kan, jadi ngawur kemana-mana.
Sebenarnya yang ingin saya kisahkan di sini adalah kenapa tiba-tiba semua
obrolan orang tua, kerabat, tetangga atau siapa saja yang lebih tua, mengarah
kepada pasangan hidup saya. Setiap kali bertemu, itu yang jadi topik utama.
Awalnya saya tanggapi biasa, karena memang belum ada dan belum mau menjalin
relasi semacam itu. Tapi setelah secara nggak disadari, orang tua mulai sering
menyinggung tentang hal ini, saya jadi kepikiran. Sampai SMA saja, saya gak
boleh pacaran. Pernah backstreet dan ketahuan, terus langsung disuruh putus.
Lalu sekarang, tiba-tiba nanyain tentang pacar? Ya kali dapet pacar kayak dapet
permen, tinggal pilih di toples tiap warung.
Banyak, banyak banget tipe laki-laki yang saya kenal di dunia ini. Ada
yang begini, begitu. Tapi semuanya sama, walaupun berbeda << ironi. Belum
lagi, entah saya yang terlalu polos atau nggak peka, kadang suka salah kaprah
sama perlakuan mereka. Mana yang memang beneran nyaman sebagai teman, atau
lebih dari itu. Aslinya, masih keliahatan saru buat saya. Itu yang akhirnya
membuat cewek pengecut kayak saya lebih memilih “kabur” daripada nanggepin
mereka, takut salah kasih respon -_- Tapi ujung-ujungnya nyesel, karena
hubungan kami malah jadi lebih buruk dari sebuah pertemanan. hadeuh..
Yah.. gitulah.. Miris banget di usia yang nyaris 20 tahun ini saya masih
sampai di tahap filterisasi perasaan. Kira-kira, bisa nggak ya 2-3 tahun ke
depan nemuin belahan jiwa yang bener2 sesuai dengan pribadi saya? -_- Yaaa,
setidaknya saya berharap laki-laki itu yang bakal menjadikan saya manusia
seutuhnya, bukan robot, bukan wayang. Arrr, pasti itu akan jadi hidup ke dua
saya nanti :)
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)