10/06/2013

Ulala ..


Tujuh hari menjelang tanggal 13 Oktober yang ke 20 kali dalam hidup saya. Ah, sudah hampir berkepala dua saja. Kadang saya merasa belum melakukan apa-apa hingga detik ini. Sepanjang usia sepanjang itu juga membuat kecewa orang tua. Terlalu banyak minta, tanpa bisa mempersembahkan apa-apa. Begitu pun buat hidup saya sendiri. Terlalu banyak mimpi yang selamanya cuma mimpi. Gak pernah berani mewujudkannya. Pengecut, nah. Saya seorang pengecut. Terlampau banyak harapan yang bagi orang sekadar bualan, dan memang akhirnya cuma bualan. Sampai kapan pun menunggu harapan terwujud tanpa memperjuangkannya, sama saja dengan nothing. Nah, saya pembual, saya nothing.

Nggak baik merendahkan diri, harusnya saya bersyukur dengan apa yang saya miliki saat ini. Tuhan menciptakan saya dengan penuh kesempurnaan. Ruh saya yang sakit. Penyakitnya dibikin sendiri. Tuh kan, jadi ngawur kemana-mana.

Sebenarnya yang ingin saya kisahkan di sini adalah kenapa tiba-tiba semua obrolan orang tua, kerabat, tetangga atau siapa saja yang lebih tua, mengarah kepada pasangan hidup saya. Setiap kali bertemu, itu yang jadi topik utama. Awalnya saya tanggapi biasa, karena memang belum ada dan belum mau menjalin relasi semacam itu. Tapi setelah secara nggak disadari, orang tua mulai sering menyinggung tentang hal ini, saya jadi kepikiran. Sampai SMA saja, saya gak boleh pacaran. Pernah backstreet dan ketahuan, terus langsung disuruh putus. Lalu sekarang, tiba-tiba nanyain tentang pacar? Ya kali dapet pacar kayak dapet permen, tinggal pilih di toples tiap warung.

Banyak, banyak banget tipe laki-laki yang saya kenal di dunia ini. Ada yang begini, begitu. Tapi semuanya sama, walaupun berbeda << ironi. Belum lagi, entah saya yang terlalu polos atau nggak peka, kadang suka salah kaprah sama perlakuan mereka. Mana yang memang beneran nyaman sebagai teman, atau lebih dari itu. Aslinya, masih keliahatan saru buat saya. Itu yang akhirnya membuat cewek pengecut kayak saya lebih memilih “kabur” daripada nanggepin mereka, takut salah kasih respon -_- Tapi ujung-ujungnya nyesel, karena hubungan kami malah jadi lebih buruk dari sebuah pertemanan. hadeuh..

Yah.. gitulah.. Miris banget di usia yang nyaris 20 tahun ini saya masih sampai di tahap filterisasi perasaan. Kira-kira, bisa nggak ya 2-3 tahun ke depan nemuin belahan jiwa yang bener2 sesuai dengan pribadi saya? -_- Yaaa, setidaknya saya berharap laki-laki itu yang bakal menjadikan saya manusia seutuhnya, bukan robot, bukan wayang. Arrr, pasti itu akan jadi hidup ke dua saya nanti :)

No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)