ada cahaya tapi gelap |
Susah sekali menemukan ide untuk tugas membuat media pembelajaran, sama
susahnya dengan menemukan hasrat melanjutkan tugas proposal penelitian, atau
mengotak-atik algoritma untuk tugas membuat salah satu program metode numerik,
ah.. susah.
Tiap hari saya buka laptop dengan secuil niat mengerjakan tugas2 kuliah
atau himpunan, tapi ujung2nya buka ms word dan melakukan curhatisasi. Apalah
namanya..
Beberapa tulisan asal jadi pun lahir, tapi hanya yang satu ini - yang
entah atas dasar apa - saya publish di sini.
Ini cerita tentang hidup lagi, hidup saya kini. Sepertinya roda berputar
begitu cepat ya. Kemarin pagi saya masih berangkat pagi,
pulang malam. Wajar, kuliah jam 7 hampir tiaap hari, lanjut mengajar privat
sana-sini yang juga setiap hari. Belum lagi jarak kampus-rumah lumayan jauh,
bahkan jauh banget kalau nggak terbiasa. Waktu, tenaga, pikiran terkuras habis.
Nggak ada waktu buat main kecuali saya maksain. Kadang malah jadi malas main,
lebih memilih tidur seharian di hari minggu kalau memang nggak ada agenda
penting. Untuk pulang kampung pun malas luar biasa, saya bahkan bisa bertahan
nggak pulang berbulan-bulan sampai akhirnya disuruh pulang hahaha.
Hari ini semuanya berubah hampir
total. Bermula sejak saya pindah ke tempat @aditriasr di daerah Setiabudi, yang
kalau jalanan lancar, rumah-kampus bisa ditempuh pakai motor dalam 3 menit
saja. Waw. Sampai saat saya mempublish tulisan ini, panggilan privat belum juga
datang. Iya, jadi 4 siswa yang dulunya saya pegang otomatis saya lepas karena
kendala jarak. Secara kebetulan sekali, semester ini kuliah saya menggila. Saya
mengontrak 23 sks plus praktikum 6 sks karena ada 2 mata kuliah yang disertai
praktikum. Sungguh yang praktikum itu di luar dugaan sekali, mungkin karena
saya kudet sama jurusan sendiri. Tapi ya sudahlah ya. Toh kuliah yang padat
diimbangi dengan jarak rumah ke kampus dekat, dan saya nggak ada gawe. Hah,
aslinya nggak ada gawe?
Asli. Di rumah yang lama, saya
banyak gawean. Mungkin karena seisi rumah berkegiatan semua ditambah nggak ada
PRT, jadi yaa bagi2 tugas buat ngurus rumah. Di rumah yang sekarang, ada “super
grandpa” yang ngurus rumah dari mulai masak, nyuci piring, sampe bersih2. Saya
bener2 nggak dibolehin megang kerjaan rumah, kecuali nggak ketahuan. Jadi
paling2 ngurus kamar sendiri, nyuci dan nyetrika baju2 sendiri. Dulu yang kalau
lapar mesti masak sendiri sekalian buat orang serumah, sekarang mau makan
tinggal ambil piring dan buka tudung saji. Hari minggu yang dulu adalah jadwal
mengantar belanja ke pasar, lalu masak dan bersih2 rumah. Minggu yang sekarang
adalah jogging. Malam yang dulu adalah melelahkan, sekarang malam yang fresh
karena sempat tidur siang. Halaaah, hidup udah kayak dewa begini. (Eh, dewa
begini gak sih?)
Kalau dipikir2, fokus kuliah
bener2 bagus seharusnya. Saya bisa kayak mahasiswa rata2 yang kerjaannya cuma
kuliah, pacaran, maen. Nggak mesti pusing nyari uang kuliah, nggak mesti cape
ngajar sana-sini. Waktu benar2 saya kuasai. Selesai kuliah, berorganisasi, saya
bisa pakai buat olahraga yang dari sejak masuk kuliah emang jarang banget
dilakukan. Sampai di rumah tinggal istirahat, maen gitar, nonton film, baca
buku, online, sms-an, dan kegiatan2 gak jelas lainnya. Belajar? Ya harusnya
saya punya banyak waktu buat belajar, tapi nyatanya enggak. Terlalu malas. Nah,
di hidup yang nyaris dewa ini saya justru merasa kosong melompong. Mungkin
karena nggak terbiasa, tapi ya itulah yang saya rasakan. Ya kosong, gitu aja.
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)