9/29/2013

zzz... zzz...

zzzz.. zzzz..

Kuliah makin kesini makin merepotkan saja, asli malaaaas. Kalau mata kuliah kematematikaan ya itu jelas dari dulu memang saya nggak pernah suka, mungkin karena nggak bisa dan nggak mau bisa. Saya kuliah cuma mau dapet nilai bagus aja sih hahaha. Nah ini mata kuliah kependidikannya yang justru bikin saya malas. Kok bisa? Padahal satu-satunya perasaan beruntung saya adalah karena jurusan saya bawa kata pendidikan, bukan hanya matematika.

                Jadi ada matkul media pembelajaran, disitu kita seharusnya belajar menciptakan media2 pembelajaran, baik manual maupun digital, untuk mempermudah peserta didik dalam mempelajari matematika, memudahkan pendidik juga ketika mengajarkan matematika. Ya harusnya belajar loh ya. Tapi kok ini isinya cuma tugas dan tugas. Di awal pertemuan sudah diberi tahu, pertama tugas kita adalah mempresentasikan alat peraga yang sudah dibuat angkatan sebelumnya. Dari sini saja sudah agak teu penting. Itu alat yang buat orang lain, ide dari tujuan pembuatannya juga orang lain yang bikin. Itu pun kalau mereka memang punya tujuan lain kecuali memenuhi nilai tugas. Terus kita harus presentasikan apa? Alat bahan, cara membuat, cara penggunaan? Itu mah tinggal baca aja di tiap alat peraganya ada kok. Bayangkan berapa minggu kita buang waktu, presentasi dan dengerin orang presentasi gituan. Hadaah. Masalahnya, tugas kedua di matkul ini lumayan berat. Kita disuruh bikin media manual dan elektronik berkaitan dengan materi SMP/SMA yang sudah ditentukan. Dan itu tuh, hadeuuuh asli bikin senewen sendiri. Saya merasa nggak belajar apa2 di kelas. Saya pikir seharusnya dosen di situ membimbing kita, bersama-sama menentukan alat peraga yang sesuai untuk peserta didik. Bukannya maki-maki presentasi kita gara-gara alat peraga yang dipresentasikan jelek. Jelas-jelas yang bikin orang lain, ya mana saya tahu kalau alat peraganya payah kayak gitu. Yang saya tahu, angkatan2 sebelumnya banyak yang kopas ide dari internet waktu membuat alat peraga. Banyak banget yang mirip, persis, bahkan sama kayak di internet. Ckck.
           
     Oke, sampai di sini kalian pasti gak tahan buat bilang “Wuoy ngeluh terus! Gimana mau beres tuh kerjaan?” Sorry ya, protes bukan berarti mengeluh. Kerjaan ini pada akhirnya pasti selesai kok, saya yakin. Tapi ya itu, kalo sistem pembelajarannya kayak gini terus, lama2 mahasiswa kuliah makin berorientasi sama nilai. Nggak serius dan benar2 tulus ngerjain tugas2 kayak gini. Apalagi, alat2 peraga dibiarkan menumpuk di lab tanpa perawatan. Nggak sedikit yang komponen2nya hilang, copot, rusak, bahkan pecah. Padahal itu dibuat lumayan menguras kantong, sedikit tenaga, juga pikiran.


                Itu satu, matkul lain yang gak serius menurut saya adalah Metlit, Metode Penelitian. Mata kuliah ini hitung2 belajar membuat proposal penelitian untuk persiapan skripsi nanti. Bahkan, kalau memang judul dan isinya bagus bisa dilanjutkan untuk pembuatan skripsi, jadi nggak mesti kerja 2 kali. Ya monggo saja sih, kalau saya mah masih punya semester 8 buat ngerjain skripsi, jadi ngapain diurus dari sekarang. Toh saya ambil SP tiap semester karena pengen ngosongin matkul di semester2 akhir. Lagipula, kalau melihat perkuliahan Metlit sekarang, nyaris nggak mungkin bisa diseriuskan sampai ke skripsi. Pertemuan pertama kita udah disuruh bikin latar belakang. Ini agak lucu, judul aja belum disuruh buat apalagi masuk tahap revisi, lah ini udah suruh masuk latar belakang aja. Jadilah selama seminggu itu saya muter otak, cari judul dan buku-buku referensi di perpustakaan. Nggak tanggung2, saya masuk ruang thesis. Di pertemuan selanjutnya tugas tadi dikumpulkan, dan tahu apa yang dibaca pak profesor saya itu? Judul. Cuma judul. Ada beberapa mahasiswa yang direvisi, ada juga yang lolos tanpa revisi, contohnya saya. Hehe, bukan nak sombong ye. Tapi setelah 4 pertemuan berlalu, nggak ada tuh revisi2 lagi. Dosen saya yang tiap pertemuan selalu terlambat setengah jam itu cuma menayangkan slide2 presentasi dia tentang Metlit ini. Yah gitu deh.. Jadi yang saya pikir tiap minggu akan ada revisi dari progres proposal kita masing2, ternyata yang saya tangkap sekarang adalah asalkan proposal itu dikumpulkan menjelang UAS, udah. Kecewa lagi kan, hadeuh.. Ya udah.

No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)