figure : from google |
Sebelum kalian berspekulasi macam2 bahkan mengklasifikasikan saya
ke dalam ordo makhluk Tuhan paling basi, saya akan memperjelas beberapa
hal. Pertama, saya akui memilih buku terbitan 2009 ini sebagai resensi memang
cukup fatal, untuk itu saya tekankan ini bukan sebuah resensi buku. Ke dua,
saya memang baru membaca karya Dee yang ke enam ini, tapi saya tidak terlambat.
Bahkan justru saya membaca di timing
yang tepat. Tahun 2012 ini, genap 1 tahun saya mengarungi ranah perkuliahan,
cukup mengerti dengan yang dimaksud “hobi, mimpi dan realita, juga cinta” –
tema buku ini.
Entah kenapa, saya merasa dekat sekali dengan sosok Keenan
dalam konteks yang berbeda. Mungkin karena memang sebagian besar mahasiswa
tingkat pertama merasakan kegalauan yang serupa. Fase dimana mimpi terbang
terlalu tinggi sedangkan kaki masih berpijak pada bumi. Belum lagi buminya
basah, berlumpur, berkodok, bercacing, berlintah, Yaiks..
Ya, mungkin inilah yang disebut suratan. Ketika seorang
@YuniMisdiantika meracuni saya dengan teori sinkronisitas yang pernah ditulis
Dee dalam Madre, saya pun mulai tergerak membaca lagi karya Dee yang lain
setelah Rectoverso – buku Dee yang saya baca di kelas satu SMA. Tanpa merogoh
kocek sepeser pun, atau menghabiskan waktu berburu buku murah di Palasari,
tiba-tiba saja @dinadilopho datang dengan Perahu Kertas yang baru saja selesai
dibaca. Bagaikan turun dari langit, buku ini pun berhasil saya dapatkan dengan
mudah dan kelar dalam 2 malam (Tiap beres teraweh hingga menjelang sahur).
Seperti kerasukan syeitan ABG pecinta korea, saya menangis persis kayak
ABG tadi tengah menonton serial yang lebih saya kenal sebagai ‘sinetron
oriental’. Pesan singkat pun melayang dari ponsel saya ke @septianiym :
Sory sebelumnya, boleh gue jujur?
Gue nangis baca perahu kertas,
entah apa sebabnya -_-
Pesan balasan muncul 17 menit kemudian:
Normal hom, tia juga nangis,
sebab utamanya mungkin kena ke hati hehehe
Membaca sms tia barusan, saya malah pengen nangis lagi. Saya terharu…
Sungguh, masih ada teman yang menganggap saya normal, hahaha.
Bytheway, sebenarnya saya sudah memprediksi jawaban tia seperti apa,
itulah satu-satunya alasan kenapa saya pilih meng-sms Mrs. Ungu ini ketimbang
dua teman saya sebelumnya.
Alasan yang cuma Tuhan, tia dan saya yang tahu :)
Alasan mengapa “Perahu kertas mengingatkanku” tentang…
Cita-cita baru layak disebut
cita-cita jika menghasilkan uang
Atau tentang..
Apa yang kamu bilang realistis,
belum tentu sama dengan apa yang kita pikirkan
Ujung-ujungnya kita pasti tahu,
mana yang diri kita sebenarnya, mana yang bukan diri kita
Dan kita juga tahu, apa yang
ingin kita jalani
Awalnya, saya berniat menyelesaikan bacaan ini sebelum filmnya nongol di Bandung tertanggal 16 Agustus
nanti. Tapi, setelah selesai membaca, saya malah merasa tidak ingin filmnya
diputar. Tidak mau tokoh-tokoh nya diperankan oleh para artis. Tidak mau Maudy
Ayundha sebagai Kugy, pun Adipati sebagai Keenan, Ojos, Noni, Luhde, Poyan,
Pilik, tidak mau tokoh lainnya lagi yang susah payah saya bangun dengan segenap
imajinasi, diganti dengan artis-artis ibukota - buah interpretasi seorang
Hanung Bramantyo.
Seperti penilaian @didadilopho yang saya kutip, “Maudy kurang gila!”
Menurut saya malah, “Maudy kurang Kugi!”
Atau keukeuh @YuniMisdiantika bilang, “Adipati terlalu kurus, padahal
Keenan bakal lebih kurus lagi nantinya!”
Simple nya dia mau bilang, “Adipati kurang Keenan”
Dan untuk selanjutnya, imani saja bahwa kita akan melihat Wanda yang nggak Wanda, Eko yang kurang Eko, Remi
yang bukan Remi banget, ……, orang ITU
tidak ITU.
Tak ada lagi agen neptunus, hanya agen bulog kelautan :)
Ujung-ujungnya kita tau, mana yang sahabat sejati, mana yang cinta sejati, mana yang cita-cita, mana yang realita, dan mana yang cuma ambisi.
ReplyDeleteKita punya Kugy atau Keenan kita sendiri, jadi mau sebagus apaun acting Maudy atau Adipati, ga akan pernah sempurna buat kita. Tapi gue menyarankan buat nonton tanpa harus mengubah imajinasi kita, tapi kita jadi bisa liat dari sudut pandang orang lain.
-SYM
nonton bareng yuk SYM :D
ReplyDeleteEntah kenapa ngakak bacanya, hayuuu hom, ga akan pulang? :-)
ReplyDelete-SYM