6/22/2012

CUPANG


Sejak menyandang status mahasiswa s1 jurusan pendidikan matematika, ujian adalah momok buat gue. Seminggu menjelang ujian, udah masuk klinik kampus dan kembali (lagi) dengan keluhan yang sama sehari sebelum ujian. Tragis memang.

Dalam menghadapi dan menjalani ujian ada bagian yg paling gue suka, yaitu kegiatan2 mengalihkan perhatian lantaran udah muak sama angka. Ini serius ya, gue beneran mual tiap udah belajar terlalu serius dalam jangka waktu yang lebih lama dari biasanya. Makanya, di tengah2 belajar gitu, suka ujug2 kabur dari tkp dan langsung cari kegiatan yg menyenangkan. Sebelumnya, gue pernah cerita juga tentang rusa kawin, liputan ke saung udjo terus mampir ke madtari dan maen sepeda sampe isya.

Nah kali ini, gue asyik gangguin cupang si ate @aditriasr di tengah2 pengerjaan soal statistika dasar.Itu akuarium yg lebih mirip toples, gue puter-puter. Niatnya biar tuh ikan bisa ngerasain pusing dan mualnya gue kaya apa hahahaha *ketawadevil. Sampe akhirnya….

Ate: “Puter aja terus, ni!”

Si emak ngamuk, langsung gue kabur hihi. Beberapa menit kemudian, ide iseng gue muncul lagi. Gue ambil cermin bulet terdekat, terus gue suruh tu ikan ngaca. Nah, bagian ini yg bikin gue takjub.
#backsound: MUSE - supermassive black hole

Cupang (Betta sp.) - dari Wikipedia dengan suntingan seperlunya
adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia,Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar.
Cupang hias dibagi lagi menjadi beberapa jenis, salah satunya yaitu Halfmoon (setengah bulan). Cupang jenis ini memiliki sirip dan ekor yang lebar dan simetris menyerupai bentuk setengah bulan. Cupang yang jadi objek keisengan gue kali ini, kebetulan merupakan cupang hias berjenis Halfmoon.

Walau bagaimana pun ya, cupang itu punya naluri petarung. Biar dia ikan hias yang unyu-unyu, gue rasa tetep nggak bisa nutupin kesan jagoannya. Tapi si cupang satu ini tuh bikin gue greget banjeeet. Dia berenangnya kalem, siripnya nggak mekar, dilipet kaya baju baru disetrika. Banci banget kan, makanya gue godain hihi. Tapi nggak disangka, pas gue hadapkan cermin ke akuarium yg mirip toples itu, si cupang langsung merasa terancam. Dia anggap pantulan dirinya di cermin adalah musuh, jadi dia pasang badan waspada. Langsung deh itu sirip mantep banget, mekaaaar.  Dia berusaha menjauh dari cermin, dan isengnya, gue kejer ke sudut mana pun dia berenang. Siripnya yang udah mulai layu, langsung mekar lagi, dan begitulah seterusnya. Aksi gue baru berhenti pas terdengar langkah si ate @aditriasr memasuki kamar.

Sambil kembali duduk manis di depan meja belajar, gue merenung.





Before
Fenomena tadi itu sarat akan makna filosofis. Seekor ikan yang kelihatan loyo, tidak berkemampuan, atau tepat dengan istilah hidup segan mati tak mau, ternyata lebih hebat dari apa yang ia bayangkan. Ia bahkan takut dan merasa terancam pada dirinya sendiri.

Bila dikaitkan pada kehidupan seseorang, manusia itu cenderung merendahkan dirinya sebelum benar-benar direndahkan oleh orang lain. Padahal, terkubur dalam dirinya sebuah kekuatan yang luar biasa yang bahkan ia sendiri tak melihatnya. Cupang tadi menunjukan ‘taringnya’ ketika merasa terancam atau lebih tepatnya diancam dengan sengaja.




After
Mungkin manusia juga sama, harus merasa terancam atau bahkan dipaksa terancam agar dapat menunjukan sisi kuat dalam dirinya. Pertanyaannya sekarang adalah, maukah manusia disamakan dengan cupang?

Balik lagi ke "Al-insan hayawan natiq" atau diartikan "Manusia adalah hewan yang berpikir" begitu ujar sementara para filsuf dan ahli logika. Menurut looo? -___-



No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)