Sejak menyandang status mahasiswa
s1 jurusan pendidikan matematika, ujian adalah momok buat
gue. Seminggu menjelang ujian, udah masuk klinik kampus dan kembali (lagi)
dengan keluhan yang sama sehari sebelum ujian. Tragis memang.
Dalam menghadapi dan menjalani
ujian ada bagian yg paling gue suka, yaitu kegiatan2 mengalihkan perhatian
lantaran udah muak sama angka. Ini serius ya, gue beneran mual tiap udah
belajar terlalu serius dalam jangka waktu yang lebih lama dari biasanya. Makanya,
di tengah2 belajar gitu, suka ujug2 kabur dari tkp dan langsung cari kegiatan
yg menyenangkan. Sebelumnya, gue pernah cerita juga tentang rusa kawin, liputan
ke saung udjo terus mampir ke madtari dan maen sepeda sampe isya.
Nah kali ini, gue asyik gangguin
cupang si ate @aditriasr di tengah2 pengerjaan soal statistika dasar.Itu akuarium
yg lebih mirip toples, gue puter-puter. Niatnya biar tuh ikan bisa ngerasain
pusing dan mualnya gue kaya apa hahahaha *ketawadevil. Sampe akhirnya….
Ate: “Puter aja terus, ni!”
Si emak ngamuk, langsung gue
kabur hihi. Beberapa menit kemudian, ide iseng gue muncul lagi. Gue ambil
cermin bulet terdekat, terus gue suruh tu ikan ngaca. Nah, bagian ini yg bikin
gue takjub.
#backsound: MUSE - supermassive black hole
Cupang (Betta sp.) - dari Wikipedia
dengan suntingan seperlunya
adalah
ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa
negara di Asia Tenggara,
antara lain Indonesia,Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Ikan ini
mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam
mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi
atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan,
dan cupang liar.
Cupang hias dibagi lagi menjadi
beberapa jenis, salah satunya yaitu Halfmoon (setengah bulan). Cupang
jenis ini memiliki sirip dan ekor yang lebar dan simetris menyerupai bentuk setengah
bulan. Cupang yang jadi objek keisengan gue kali ini, kebetulan merupakan cupang
hias berjenis Halfmoon.
Walau bagaimana pun ya, cupang itu
punya naluri petarung. Biar dia ikan hias yang unyu-unyu, gue rasa tetep nggak
bisa nutupin kesan jagoannya. Tapi si cupang satu ini tuh bikin gue greget
banjeeet. Dia berenangnya kalem, siripnya nggak mekar, dilipet kaya baju baru
disetrika. Banci banget kan, makanya gue godain hihi. Tapi nggak disangka, pas
gue hadapkan cermin ke akuarium yg mirip toples itu, si cupang langsung merasa
terancam. Dia anggap pantulan dirinya di cermin adalah musuh, jadi dia pasang
badan waspada. Langsung deh itu sirip mantep banget, mekaaaar. Dia berusaha menjauh dari cermin, dan
isengnya, gue kejer ke sudut mana pun dia berenang. Siripnya yang udah mulai
layu, langsung mekar lagi, dan begitulah seterusnya. Aksi gue baru berhenti pas
terdengar langkah si ate @aditriasr memasuki kamar.
Sambil kembali duduk manis di depan
meja belajar, gue merenung.
Fenomena tadi itu sarat akan makna
filosofis. Seekor ikan yang kelihatan loyo, tidak berkemampuan, atau tepat
dengan istilah hidup segan mati tak mau, ternyata lebih hebat dari apa yang ia
bayangkan. Ia bahkan takut dan merasa terancam pada dirinya sendiri.
Bila dikaitkan pada kehidupan
seseorang, manusia itu cenderung merendahkan dirinya sebelum benar-benar
direndahkan oleh orang lain. Padahal, terkubur dalam dirinya sebuah kekuatan
yang luar biasa yang bahkan ia sendiri tak melihatnya. Cupang tadi menunjukan ‘taringnya’
ketika merasa terancam atau lebih tepatnya diancam dengan sengaja.
After |
Mungkin manusia juga sama, harus merasa
terancam atau bahkan dipaksa terancam agar dapat menunjukan sisi kuat dalam
dirinya. Pertanyaannya sekarang adalah, maukah manusia disamakan dengan cupang?
Balik lagi ke "Al-insan hayawan natiq" atau diartikan "Manusia adalah hewan yang berpikir" begitu ujar sementara para filsuf dan ahli logika. Menurut looo? -___-
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)