judul kali ini adalah kata-kata filsafat pertama yang terlontar dari mulut Cece Kustiawan usai menunjukan nilai UTS kami, bahkan saya masih ragu kalo itu disebut ‘nilai UTS’
Nyaris ‘sayat nadi’ saat benar-benar sadar akan nilai yang saya peroleh. Jika nilai terbaik mencapai kepala satu #read: (satu nol) kuadrat, maka saya dapat kepala tujuh ---->> tujuh kuadrat
woaaa itulah hasil ‘all night long study system’ alias sistem belajar semalem suntuk #read: semaleman sampe suntuk. frustasi banget apalagi setelah soal dibahas dan saya mengerti. Saat itu cece kustiawan emang lagi gemar melafazkan kata-kata bijak, seperti:
“Ngerti kan? Tapi mengerti setelah ujian sama dengan musibah” atau…
“da gimana athu, nasi sudah menjadi bubur, emang bisa bubur balik lagi jadi nasi?”
*jero hate, deep in my soul: (¬_¬) meuli we beas anyar terus bikin nasi lagi
“jadi mau ujian ulang?”
*pasang tampang ngarep level 10 ---->> (⌣́_⌣̀)
“nanti aja yah, ujian ulang nya di bab selanjutnya aja”
* ┌П┐(︶へ︶ メ) ribut aja yuu dini yuu..
Matematikaaaa Dasaaaar!!! <<------- (╥﹏╥)
Hahahahaha nyeri hateee liat nilai euyyy.
ReplyDeleteAih mateee zzz -,-
wkwkwk .. sakit gigi pas liat nilai -,-
ReplyDelete