4/23/2015

HECTIC .

Nb. Postingan ini cerita sehari-hari. Dan lebay. Kalau tidak punya banyak waktu, mending skip aja :D wkwk..

Ini bukan pertama kalinya saya hectic karena terburu-buru. Kadang saya malah ngerasa hidup saya selalu terburu-terburu.  Ini juga bukan pagi yg pertama saya kesiangan dan terburu-buru buat berangkat ke sekolah tempat saya mengajar. Hampir tiap pagi saya lari-lari turun tangga ke kamar mandi.

Pagi ini (lagi-lagi) saya kesiangan. Turun tangga lari-lari dalam keadaan lampu ruang belakang yang mati. Mata saya yang sejak keluar kamar memang tidak memperhatikan anak tangga yg saya pijak, rupanya salah perhitungan dengan 2 anak tangga terakhir. Singkat cerita saya jatoh terguling-guling. Kaki saya keseleo. Dan itu bukan pertama kalinya kaki saya keseleo gara-gara jatuh dari tangga karena terburu-buru. ckck.

Dengan susah payah saya lanjutkan terburu-buru walaupun agak low speed karena kaki saya sakit. Hingga akhirnya sampailah saya di sekolah.

Saya ada ngajar 4 jam pertama. Hari itu saya bermaksud mendokumentasikan pembelajaran untuk bahan di lampiran skripsi nanti. Ketika kelompok pertama baru saja akan memulai presentasi, tiba-tiba ada pengumuman di speaker kelas mereka bahwa seluruh siswa berkumpul di lapangan untuk turun ke jalan menyambut kontingen tamu KAA. Ini bukan pertama kalinya saya dirugikan oleh perayaan KAA. Beberapa hari ke belakang jalanan macet karena sebagian ruas jalan banyak yang ditutup. Merepotkan saja.

Anak-anak pun berhamburan ke luar. Di antara mereka ada yang tak dapat lagi menyembunyikan raut kesenangannya karena terhindar dari pelajaran saya. Atau mungkin dari saya. Entahlah.. Sebagian lagi ada yang dengan santun meminta maaf karena terpaksa pembelajaran terhenti. Padahal itu bukan salah mereka, kenapa pula minta maaf. Hitungan detik, kelas sudah kosong. Meninggalkan saya, seorang teman, dan gitar. Ya, untung ada gitar.

Sambil menunggu kepulangan para siswa, saya asyik gitar-gitaran. Toh saya pikir tidak ada banyak guru yang tersisa, paling-paling hanya PPL atau petugas sekolah. Siswa juga sama sekali nihil di sekolah.

Hati saya telah hancur walaupun belum sepenuhnya. Hari ini saya meminjam kamera ke lab dengan biaya sewa yang tidak murah. Lalu saya sudah buru-buru buat datang pagi tapi dengan seenaknya pembelajaran dihentikan. Ckck..

Satu jam berlalu. Siswa mulai berdatangan. Teman saya yang sedang asyik belajar gitar tiba-tiba menarik perhatian beberapa  siswa dan guru. Saya hanya terkekeh. Rupanya begini respon mereka melihat guru PPL matematika memegang gitar. Sejak awal saya memang tidak pernah kelihatan main gitar di sekolah. Saya malu karena saya gak jago mainnya. Saya main cuma buat melepas penat dan bersenang-senang. Setelah semua siswa sudah kembali ke sekolah, saya pun mendekati siswa-siswa saya untuk mengajak mereka kembali belajar. Dan di sinilah hati saya hancur sepenuhnya.

Saya agak kesal dengan kebiasaan sekolah yang seringkali menghentikan pembelajaran tapi tidak ditertibkan kembali setelahnya. Jadi siswa-siswa yang tentu lebih senang tidak belajar tidak kembali masuk ke kelasnya masing-masing. Itulah yang terjadi. Awalnya saya bertanya, mau masuk dan melanjutkan pembelajaran atau tidak. Itu pertanyaan paling goblok yang saya lontarkan ke siswa kelas 1 SMA. Jawabannya tentu saja: Tidak. Tapi yang membuat saya kesal adalah mereka bilang jam pelajaran saya sudah habis. Padahal saya rasa masih ada 50 menit lagi. Nyaris 1 jam. Tapi ya sudahlah..Saya sudah terlanjur sedih.

Saya pun kembali ke tempat saya duduk. Tanpa basa-basi saya ambil gitar dan mulai memainkan lagu. Lagu take a bow karena saya terlihat sangat tolol saat itu. Saya tak lagi peduli dilihat siswa atau guru. Yang saya tahu, saya sedang sedih, kecewa, dan sakit kaki. Tapi tak disangka beberapa siswa mendekat dan bergabung dengan kami (saya dan teman saya tadi). Semuanya laki-laki. Kami pun bernyanyi dari mulai lagu sekelas ERK, Muse, hingga Kangen B*nd. Saya punya teman baru. Saya benar-benar lupa kalau saya adalah guru. Yang lebih tidak percaya lagi, beberapa siswa yang saat pelajaran saya selalu tidur di kelas ikut bergabung. Saya baru sadar rupanya ini caranya menarik perhatian mereka. Saya senang bisa bersama mereka sedekat itu. Teman-teman PPL pun mulai "melirik" saya. Mungkin mereka sama tak percaya nya, apalagi mengingat saya orang yang paling cuek dan jarang sekali ikut acara bareng mereka.

Well.. sekali lagi gitar menyelamatkan saya. Mengobati hati saya yang tadi perih. Perih melihat topeng-topeng siswa saya terbuka. Perih menyadari bahwa selama ini mereka tidak benar-benar menyukai saya. Thanks juga buat teman saya yang setia menemani saya sampai siang. Teman yang selalu ada di saat saya membutuhkannya :))

No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)