Buat yang
mengira ini adalah tulisan mengenai cara pembuatan dan penggunaan suatu alat
peraga, selamat kecewa, karena saya akan menjawab: bukan. Saya memang hendak
mempostingnya, tapi tidak sekarang. Kali ini, saya lebih antusias berceloteh
tentang the story behind.
MPM ini memang
mata kuliah yang salah satu tugasnya saya beri istilah endless stuck.Kalo gak ada ide, gak akan beres dan bakalan terus stuck.Kenapa? Jadi, dalam mata kuliah
ini, para mahasiswa dituntut untuk dapat membuat media pembelajaran sebagai
jembatan antara konsep matematis yang cenderung abstrak dengan tahap berpikir
siswa yang cenderung konkret. Sederhananya, media pembelajaran bertujuan
mengkonkretkan matematika. Media pembelajaran juga, kata dosen, dapat
meningkatkan minat peserta didik terhadap pembelajaran matematika. Nah,
persoalannya adalah, apakah semua bab dalam pelajaran matematika dapat
dikonkretkan?
Dua minggu pertama,
perkuliahan diawali dengan kegiatan mengobservasi alat peraga yang bertumpuk di
lab media. Ketika saya bilang bertumpuk, itu artinya memang bertumpukan antara
satu media dengan media lainnya. Tak heran jika banyak media yang rusak dan
tercecer.
Minggu2
selanjutnya, mahasiswa (per-kelompok) sudah mulai mempresentasikan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) hasil buatannya. Perkuliahan saat itu seakan menyadarkan
saya bahwa LKS yang saya pegang selama sekolah dulu, sejak SD sampai SMA,
adalah contoh LKS yang jelek. Kenapa? Karena memang tidak dapat mencapai
tujuan2 pembuatan LKS. Apa saja? Lain kali saya bahas.
Setelah pekan
LKS, kami mulai memasuki pekan media yang sebenarnya. Kali ini mahasiswa (masih
dengan kelompok yang sama) ditugaskan membuat media pembelajaran elektronik.
Percaya atau tidak, media yang dimaksud adalah powerpoint. Ya, itu saja. Syarat
media elektronik yang baik dan benar memang tidak merinci dijelaskan oleh dua
dosen pengajar saya. Tapi, mereka mengevaluasi hasil kerja kami secara detail. Kesalahan
(konsep) sekecil apapun bisa jadi umpan segar buat kritikan pedas sang dosen
(juga mahasiswa lain).
Pekan media
elektronik selesai dalam kurang lebih 3x tatap muka. Selanjutnya, kami diberi
waktu 2 minggu untuk menggarap media non-elektronik yang merupakan tugas besar
perkuliahan ini. Dua minggu untuk masuk workshop
(atau sebut saja bengkel) dengan berbagai rancangan alat peraga yang baru di acc, bahkan saat itu masih ada
kelompok yang belum di acc. Ya, dua minggu mejadi begitu singkat jika dibandingkan
dengan tahun2 sebelumnya yang bahkan sampai pekan sunyi menuju UAS masih
menggarap tugas besar ini. Dua minggu rasanya begitu menekan, membunuh,
mematikan - alah alah alah :P
Tapi itu belum
seberapa, karena dosen saya menciderai janji – alah alah lagi :P Iya, jadi di
Senin pagi yang mendung itu, di bengkel, bu dosen bilang agar presentasi
dimulai minggu depan saja karena waktunya mepet dengan pekan sunyi UAS. Itu
artinya, waktu kami buat menggarap apa yang disebut dengan tugas besar ini
hanya satu minggu. WUOOOH! Buat yang jantungan, bisa langsung kumat pas denger
itu. Saya berani taruhan, bisa kumat. Insya Allah. Hehe
Persoalannya
adalah, dalam seminggu itu kami nggak cuma ngurusin media aja, perkuliahan lain
jalan seperti biasa. Alhasil, dalam seminggu, banyak bangku kosong di
kelas-kelas hahaha. Kuliahnya pindah ke bengkel. Contohnya saya, di minggu yang
sama kebetulan kebagian presentasi pada 2 mata kuliah lain. Jadi, mesti pandai
mencari celah bolos beberapa mata kuliah buat ngerjain tugas media di bengkel,
observasi buat bahan presentasi, juga bolos buat ngajar. Loh? Iya, jadi di
minggu yang sama juga merupakan pekan UAS buat anak2 SMP 5.Jadi, yang tadinya
saya hanya mengajar 1x seminggu dan satu kelas saja menjadi 3x seminggu dan
entah berapa kelas -,- Kebayang loh ya, otak saya gak berhenti mikir bahkan
ketika sedang tidur. Hahaha percaya kan? Percaya dong.
Lanjut ke
penggarapan media non-elektronik yang membuat saya sempat beberapa hari
melembur di bengkel, bersama Pak Rudi (Ketua Workshop) sang maestro mesin bubut, mesin pemotong akrilik, dan
mesin-mesin lainnya. Juga ada A Yoga, mahasiswa fisika yang addict sama mesin, elektro, dan robot.
Yaelah sampe tau gitu. Gak susah kali nganalisis orang, liat aja sticker2 yang
nemplok di laptopnya. Hahaha. Ya gak cuma dari situ, kalo kata dosen metode
penelitian saya, datanya belum kuat. Buat dapet kesimpulan tadi, saya tanya2
juga lah siapa dia hehehe.
Malaikat tanpa
sayap berikutnya, selalu, dan selamanya, adalah Papah. Dari awal saya cerita
bahwa punya rencana bikin media ini, papah udah bantu buatin rancangannya. Itu
membantu banget ketika saya bawa dan jelasin rancangannya ke Pak Rudi. Hampir
tiap malem dalam seminggu itu Papah nelpon nayain progress media saya. Bayangin
ya, udah seharian di bengkel, malemnya masih harus ngobrolin itu sama si babeh
-,- Ya saya ceritainlah apa adanya bahwa memang deadline dimajukan, dan
blablabla. Dan tanpa disangka-sangka (harusnya sih saya udah menyangka) di hari
terakhir penggarapan media yaitu Jumat, Papah meluncur ke Bandung. Huaaa.. Buat
yang udah tau Papah saya kaya apa, harusnya gak usah heran :3 Pokoknya, tengkyu
banget buat Dina, Idul dan Mexci yg udah menyambut kedatangan Papah alakadarnya
tapi hangat dan spesial :D
Hari
presentasi pun tiba. Dengan persiapan yang sangat matang, saya, Dina dan Idul
maju sebagai kelompok pertama yang tampil. Dan.... Bisul Pecah! Seperti yang
sudah-sudah, persiapan pesta jauh lebih meriah daripada pestanya sendiri.
Sekarang mari kita lihat ke belakang apa yang kami sebut dengan persiapan yang
matang:
E: Nanti kalo Bapa tanya ini
bahan2nya sulit ditemukan di daerah2 terpencil, jawab apa Dul?
I: Bilang aja, kita yang di Kota
harus memproduksi ini yang banyak, biar bisa disebar ke daerah2, ya kan?
E: Boleh-boleh tuh. Terus kalo
ditanya ini kenapa stopwatchnya malah ngitung waktu per-jarak. Ini useless banget tau Din, malah gak
efektif, gimana dong?
D: Ya udah jujur aja gak ketemu
rangkaiannya, ampe lembur kan sama A Yoga dan Pak Rudi tetep gak ketemu
E: Iya ya. Yaudah lah..
I: Terus nih, Hom. Kalo ditanya
ini kan kita START nya gak dari ujung lintasan, bilang aja mau dibikin buat
bagasi mobil tapi waktunya gak sempet.
E: Bahahaa. Iya-iya cerdas Dul.
Oya kalo ditanya nama medianya apa?
D: Iya apa ya? Dul, apa nih?
..................................................................................................................................................................
Dan seterusnya, kalo ditanya ini,
jawab itu. Ditanya begini, jawab begitu. Pokoknya, jawab terus sampe mampus hahahaha.
Nah, begitulah
pembaca. Semoga kalian memang sedang bersama waktu luang membaca tulisan ini.
Itu pun sudah sangat dermawan, karena sejujurnya kalian baru saja menghamburkan
jatah waktu luang kalian membaca tulisan ini sampai selesai :D
anak bengkel |
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)