7/25/2013

Jiaaah, Pa rektor kena kasus.


 
“Keur rariweuh ku #kur13, UPI sbg LPTK malah berurusan dengan KPK. Hadeuh, kemana kuharus mengadu”


-koleksi pribadi: upi in action-
Tweet barusan saya kicaukan semenit setelah me-RT kicauan kompas tentang laporan dugaan korupsi rektor UPI. Setelah saya membaca artikelnya, ternyata kasus-kasus yg diangkat terkait BMTM, Isola Resort, Dormitory, Training Center dan beberapa kasus lainnya yang juga pernah diangkat IP sejak dua tahun silam. Pelapornya juga “orang dalam”.

Saat itu saya langsung menghubungi salah satu teman di IP, menanyakan kebenaran hal ini. Sebenarnya, yang membuat agak syok adalah karena saya mengetahui berita ini dari media luar, bukan media kampus (read: isolapos). Itu membuat saya waswas karena memang sudah hampir sebulan ini, saya tidak lagi aktif sebagai pembaca isu-isu kampus. Sejak sebulan lalu saya memang sudah tidak tinggal di kediaman lama yang berlangganan koran juga wifi yg always on. Selain itu saya juga benar-benar dikerjai oleh sistem semester padat yang jauh lebih padat dari semester padat tahun lalu. Saya merasa seperti katak dalam tempurung atau apalah istilahnya yg cocok menggambarkan mahasiswa kudet kayak saya. Boro-boro isu luar dan dalam negeri, isu kampus pun saya gak melek (lagi). Makanya, berasa kudet banget saat tau tentang isu pa rektor ini dari medsos. Dan ternyata, memang IP belum menurunkan beritanya. Fiuhh syukurlah saya gak sekudet itu. Ya, di tengah-tengah senewen para senior IP gegara junior2nya telat menurunkan berita, saya masih bersyukur.

Pelaporan kasus rektor terkait dugaan KKN sepertinya memang mulai marak. Awalnya UI (link), lalu UNSOED (link), dan sekarang UPI (link). Belakangan baru saya tahu bahwa peran politik sangat kental disini. Maklum, saya nggak banyak bicara dan mendengar soal politik tai kucing. Kali ini pun saya malas menceritakan kronologis politik dari kejadian2 tadi. Terlalu rumit dan bikin mules.

Yang saya sesalkan adalah lembaga pendidikan tinggi, pencetak generasi bangsa, calon-calon pemimpin, tak ada bedanya dengan pabrik pembuat rokok atau ekstasi yang memproduksi barang-barang perusak kesehatan #NoOffense. Gimana gak bobrok anak-anak muda sekarang kalo mesin pencetaknya aja gak bagus. Memang sudah menjadi rahasia umum, bahwa KKN dapat kita temui dimana-mana. Nggak cuma di partai politik, karena sekarang segala aspek mudah dipolitisasi. Tak terkecuali pendidikan.

Kurikulum 2013 yang sejak tanggal 15 Juli diimplementasikan, sampai saat ini masih menuai berbagai kritik yang berujung penolakan. (Baca juga: #Kur13 yang prematur). Awalnya, masyarakat awam tidak ambil pusing dengan hal ini, toh tinggal dijalani saja. Tapi, semakin kesini, rupanya para awam tersebut mulai ramai membicarakan, istilah saya, mereka baru “ngeh”. Seperti tweet Iwan Pranoto, salah satu guru besar Matematika ITB yang sangat concern pada sistem pendidikan ini, 



Bukannya gak ada hubungan dengan saya, tapi masalahnya masyarakat di sekeliling saya mulai melontarkan pertanyaan2 terkait kebingungan mereka akan #kur13 ini. Ya, seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, bahwa mahasiswa di mata masyarakat adalah maha segala-galanya. Apalagi, dalam hal #kur13 sudah seharusnya saya dan kalian mahasiswa LPTK, tahu seluk beluknya. Sudah seharusnya, kita sering mengadakan atau  mengikuti diskusi tentang hal ini. Sudah seharusnya kita melakukan tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai bentuk donasi dalam kemajuan pendidikan negeri. Ya, sudah seharusnya, seharusnya sudah...

Saya pun hanya mengikuti diskusi ini 1x, saat pematerinya Jimmy Paat. Payah.. Ya, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, yang penting revolusi, kata orang.
Nah, di tengah tanda tanya masyarakat dan saya, tentang produk prematur Kemendikbud ini, pabrik guru malah dilanda isu internal yang tai kucing. Lalu, kemana kami harus mengadu? Nah, di RT deh sama si resty.






No comments:

Post a Comment

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)