Ga biasanya hari rabu saya ada di
rumah. Jadwal kuliah memang kosong, tapi saya punya jadwal lain yaitu
membantu para bule ngajar di SD. Tapi
hari ini, kondisi tubuh sedang tidak
memungkinkan melakukan aktivitas lain selain tidur, dan menulis tentu saja.
Suhu badan tinggi semalam, hidung basah dan bersin-bersin, mata agak lebam,
wajah pucat, mengerikan tiada dua. Oleh karena itu, hari ini saya memilih untuk
tetap di rumah.
Untuk
rumah tanpa pembantu yang seluruh penghuninya bekerja dan baru pulang saat
petang, ada saya di rumah di hari kerja seperti ini sangat sayang kalau tidak
dimanfaatkan dengan baik. Alhasil setumpuk kerjaan rumah dilimpahkan, niat
untuk tidur seharian tidak terlaksana. Yasudah lah, yang penting sudah niat.
Pagi
ini setelah menyiapkan kendaraan si tante, saya pun mengantarnya ke depan
rumah. Pertanyaan yang nggak asing dan sering kali ia lontarkan, kini terlontar
lagi.
“Ni, kamu teh udah punya pacar?”
Saya sama sekali tidak menjawab,
toh sebenarnya saya sudah tahu kalimat selanjutnya.
Uwa teh kasian, kamu pergi-pergi sendirian, beli buku sendiri, mau
dicariin tah? Atau didoain? Ada loh doanya ..... Ya kurang lebih sih
begitu. Tapi rupanya kali ini lain,
“Mau nggak sama a (menyebutkan
nama)? Dia teh udah siap nikah sama pacarnya tapi pacarnya malah teu baleg,
jadi sekarang putus. Hebat loh dia udah di pemda Tanggerang blablabla.. (menceritakan karirnya).”
“nggak” jawabku singkat
“kamu tau nggak orangnya?”
“enggak hehe”
“Itu loh yang kemaren di
pernikahan om blablabla...”, si tante
terlihat bergairah sekali menyebutkan ciri-ciri orang yang dimaksud, dan saya
jelas tidak memperhatikan -_-
Percakapan singkat inilah yang
membuat saya ingin segera memposting tulisan ini. Saya sadar, ini bukan pertama
kali saya dihadapkan pada praktik semi perjodohan. Sebelumnya, tante saya yang
lain juga pernah bilang kayak gini di belakang:
“Dini mah nanti mau dikenalin sama a (menyebutkan nama). Dia sarjana
teknik sipil, kakak-kakaknya berhasil semua, sekarang pada tinggal di luar
negeri dan blablabla..”
Dan lu mikir dong, ini di belakang saya dia bicara dengan orang lain.
Jadi terkesan saya nggak mampu cari sendiri -_-
Yang saya heran, kenapa mereka
menggebu-gebu sekali. Jujur saja, yang ada di otak saya sekarang hanya
bagaimana hari ini dan rencana besok pagi. Untuk lusa, minggu depan, tahun
depan, sepuluh tahun setelah ini sama sekali belum terpikirkan. Bagi saya
setiap hari adalah kejutan, saya hanya mengusahakan yang terbaik dalam segala
aspek. Atau saya justru tidak punya target tertentu untuk dicapai di depan.
Ah, bedanya memang saru. Tapi sejauh ini
saya tidak menemukan ada yang salah dari keduanya.
Kalau bicara mengenai kriteria,
saya nggak pernah muluk. Saya cuma minta
muslim yang taat, memiliki kompetensi profesional hidup, pandai memilih perspektif
ketika memandang sesuatu, setia, baik hati dan rajin menabung. Kalau bisa ya
ganteng, tajir, pendengar dan pembaca yang baik, vokalis, pinter ngaji, pinter
masak, suka naik gunung, suka nulis, pandai melukis, kreatif, dan humoris :D
Standar kan?
Nah, biar dapet yang kayak gitu,
saya harus memantaskan diri dulu, jadi tolong beri saya waktu :)
murah senyum.tidak sombong.suka traktir.suka ngorok.suka kentut.ini bukan standar.ini normal :D
ReplyDeletepekerja keras, ganteng, ganteng, ganteng :D
ReplyDeleteciyeee dini ciyeee.. jangan lupa lah nanti undang aku yaa :p
ReplyDeletesekarang sih emang belum niat sama kayak gituan ya din, tapi nanti begitu lulus, boleh juga tuh ikutin alur perjodohannya. siapa tau emang jodoh. yaa kalau gak suka ya tinggalin hehe :p
haha ya ampun -_-
ReplyDelete