2/20/2013

ini penting -_-


Ga biasanya hari rabu saya ada di rumah. Jadwal kuliah memang kosong, tapi saya punya jadwal lain yaitu membantu  para bule ngajar di SD. Tapi hari  ini, kondisi tubuh sedang tidak memungkinkan melakukan aktivitas lain selain tidur, dan menulis tentu saja. Suhu badan tinggi semalam, hidung basah dan bersin-bersin, mata agak lebam, wajah pucat, mengerikan tiada dua. Oleh karena itu, hari ini saya memilih untuk tetap di rumah.

                Untuk rumah tanpa pembantu yang seluruh penghuninya bekerja dan baru pulang saat petang, ada saya di rumah di hari kerja seperti ini sangat sayang kalau tidak dimanfaatkan dengan baik. Alhasil setumpuk kerjaan rumah dilimpahkan, niat untuk tidur seharian tidak terlaksana. Yasudah lah, yang penting sudah niat.

                Pagi ini setelah menyiapkan kendaraan si tante, saya pun mengantarnya ke depan rumah. Pertanyaan yang nggak asing dan sering kali ia lontarkan, kini terlontar lagi.

“Ni, kamu teh udah punya pacar?”
Saya sama sekali tidak menjawab, toh sebenarnya saya sudah tahu kalimat selanjutnya.
Uwa teh kasian, kamu pergi-pergi sendirian, beli buku sendiri, mau dicariin tah? Atau didoain? Ada loh doanya ..... Ya kurang lebih sih begitu. Tapi rupanya kali ini lain,
“Mau nggak sama a (menyebutkan nama)? Dia teh udah siap nikah sama pacarnya tapi pacarnya malah teu baleg, jadi sekarang putus. Hebat loh dia udah di pemda Tanggerang blablabla.. (menceritakan karirnya).
“nggak” jawabku singkat
“kamu tau nggak orangnya?”
“enggak hehe”
“Itu loh yang kemaren di pernikahan om blablabla...”, si tante terlihat bergairah sekali menyebutkan ciri-ciri orang yang dimaksud, dan saya jelas tidak memperhatikan -_-
Percakapan singkat inilah yang membuat saya ingin segera memposting tulisan ini. Saya sadar, ini bukan pertama kali saya dihadapkan pada praktik semi perjodohan. Sebelumnya, tante saya yang lain juga pernah bilang kayak gini di belakang:

“Dini mah nanti mau dikenalin sama a (menyebutkan nama). Dia sarjana teknik sipil, kakak-kakaknya berhasil semua, sekarang pada tinggal di luar negeri dan blablabla..”

Dan lu mikir dong, ini di belakang saya dia bicara dengan orang lain. Jadi terkesan saya nggak mampu cari sendiri -_-

Yang saya heran, kenapa mereka menggebu-gebu sekali. Jujur saja, yang ada di otak saya sekarang hanya bagaimana hari ini dan rencana besok pagi. Untuk lusa, minggu depan, tahun depan, sepuluh tahun setelah ini sama sekali belum terpikirkan. Bagi saya setiap hari adalah kejutan, saya hanya mengusahakan yang terbaik dalam segala aspek. Atau saya justru tidak punya target tertentu untuk dicapai di depan. Ah,  bedanya memang saru. Tapi sejauh ini saya tidak menemukan ada yang salah dari keduanya.

Kalau bicara mengenai kriteria, saya nggak pernah  muluk. Saya cuma minta muslim yang taat, memiliki kompetensi profesional hidup, pandai memilih perspektif ketika memandang sesuatu, setia, baik hati dan rajin menabung. Kalau bisa ya ganteng, tajir, pendengar dan pembaca yang baik, vokalis, pinter ngaji, pinter masak, suka naik gunung, suka nulis, pandai melukis, kreatif, dan humoris :D Standar kan?

Nah, biar dapet yang kayak gitu, saya harus memantaskan diri dulu, jadi tolong beri saya waktu :)

4 comments:

  1. murah senyum.tidak sombong.suka traktir.suka ngorok.suka kentut.ini bukan standar.ini normal :D

    ReplyDelete
  2. pekerja keras, ganteng, ganteng, ganteng :D

    ReplyDelete
  3. ciyeee dini ciyeee.. jangan lupa lah nanti undang aku yaa :p
    sekarang sih emang belum niat sama kayak gituan ya din, tapi nanti begitu lulus, boleh juga tuh ikutin alur perjodohannya. siapa tau emang jodoh. yaa kalau gak suka ya tinggalin hehe :p

    ReplyDelete

komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)