Mangkir
sejenak dari tugas makalah kurikulum pembelajaran, pendidikan kewarganegaraan,
dan belajar-pembelajaran matematika. Bikin new blank document di ms. Word
kemudian mulai bercerita.
Kemaren
himpunan jurusan ngadain study banding ke Universitas Indonesia. Saya yang cuma
numpang nama di jurusan beruntung bisa ikutan, walaupun di sana cuma ikut
jalan-jalan, foto-foto, dan tidur dalam perjalanan. Dateng kampus disapa
@dinadilopho dengan “good very morning” nya. Liat jam, memang baru menunjukan
pukul 3 pagi. Barusan itu bukan sapaan pertama yg saya terima. Sebelas menit
lalu salah satu anggota himpunan yang juga pernah menjadi senior saya, sempat
menyapa dengan kalimat khasnya. “eh, siapa ya? anak matematika ya? Kok ga
pernah liat ya?” tahu tradisi toleransi antar junior dan kaka tingkat, saya pun
tersenyum simpul. Sueeer daah, cuma senyum, garuk-garuk, terus udah.
Si akang itu
emang bercanda, tapi dia nggak tahu betapa compongnya saya melihat warga
Himatika sekitar yang juga dengar, tertawa. Entah ngetawain apa *dalem hati
--> pasti ngetawain gue.
Belum lagi
empat geng rempong yang terdiri dari @riantiapr @Tagitagitgit
@Septianiym
@NRosmalia
puas banget ngejekin lantaran belum mandi. “Idiih jorok” “Diniii, lu tau nggak
jakarta tuh sepanas apa?” “Iya hoom, pasti keringetan” . nah sekarang saya
tanya, siapa yang repot-repot mandi pake air Setiabudi jam dua pagi? Gilaa aja.
Tanpa saya duga, kalimat barusan disusul pengakuan dari semua teman yang
mendengar, “aku mandi kok” “aku juga” “mandi laah, lu mau mandi keringet apa
besok” “loh din, kamu nggak mandi dulu?”. Yaudah lah, kenapa nggak pada ngasih
tau harus mandi dulu, kalo memang mandi statusnya sepenting itu. Zzzz.
Makin
ngerasa ciut di hadapan mereka. Makin gede aja perasaan sebagai orang asing di
jurusan sendiri. Saya emang nggak punya kelompok bermain eksklusif disitu,
pernah ikutan kegiatan himpunan cuma satu kali, nggak hafal nama beberapa orang
yang nantinya satu bis dengan saya, nggak ngerti acaranya nanti ngapain aja,
saya cuma mau ke UI, sesederhana itu saja. Kenapa tiba-tiba kontrol minder
pribadi jadi kacau begini >,<
Sampe di UI,
langsung sms @sasantichan, cuma nomor dia yang
kepikiran =,=
“Santi
banguuun, aku di UI nih”
Setelah
merancang setengah matang tempat ketemuan, akhirnya kami pun dipertemukan,
ceile.
“Kita
ke jembatan texas aja yuk”
Saya
sebenarnya ingin sekali menginjakan kaki di koridor fisip (inget tahun lalu
gagal masuk komunikasi UI), teknik (pernah juga ngincer teknik industri nya),
dan sastra UI (ngarep ketemu Tsu Hok Gie), ngeliat langsung danau yang tertera
di brosur (nazar terjun kesitu kalo masuk UI), juga naik bis kuning (yg ini
iseng aja). Tapi kedatangan Santi dan vario nya saja sudah membuat saya lega.
Jadi, pasrah deh dibawa kemana.
“Ini dia
jembatan texas”
“terus
kenapa disebut texas?”
“Loh, kan
ini jembatan yang menghubungkan fakultas teknik dan sastra”
*dalem hati
--> emang jodoh nggak kemana haha
“Ooooh, haha
fotoin aku dong di jembatan tek-sas”
*setelah
tahu makna tersiratnya, saya ubah tulisan texas menjadi tek-sas.
“Jepret.
Jeprot. Jeprut.” Jeng jeng!! Ini dia hasilnya..
Tek-Sas Bridge |
Library |
danau yang ada di brosur |
bikun tua |
Dan ini yang paling saya suka:
buang jaster |
Descriptionnya: Kehidupan tidak di alam rencana, tidak di
alam keluhan, tapi di alam tindakan :) Nice.
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)