Memilih dengan segenap atributnya dan membuat orang lain terlibat = memimpin
-Ali Mahfud-
Orang sejarah = “hidup” di masa lalu = tidak punya masa depan
Anak-anak nondik = tidak berpendidikan
Peran mahasiswa:
Intelektual academic
Iron stock
Agent of change
Social control
Ketika para aktivis itu datang, bercerita dengan semangat yang tampaknya masih separuh ditunjukan – karena memang dipikir bukan saatnya – kami pun tampak sangat tertegun. Beberapa di antara kami bahkan seketika berubah menjadi banyak bicara dan ‘mengaktifkan diri’ dalam situasi itu. Materi kepemimpinan langsung dari seorang pemimpin memang tak ayal membuat para pendengar asyik memerhatikan. Kata demi kata yang dilontarkan sang orator (seakan) enak didengar, sehingga menyulut semangat yang nyaris padam. Seakan terbius dengan dongeng pergerakan, peran aktif mahasiswa, serta pengalaman-pengalaman yang terbayang cukup menarik, teman-teman saya dengan lahap menelan pernyataan-pernyataan yang didengar. Padahal beberapa kali dalam kalimat-kalimat (mirip) motivasi itu, tersirat makna yg sangat ‘dalam’ – saking dalamnya, bisa menyayat hingga ke palung hati. Senyuman ramahnya lebih dapat diartikan sebagai bentuk sindiran bermajas sinisme, dan memang iya.
Materi tadi sebenarnya berbunyi:
anak-anak mipa memang jarang turun ke jalan...
dosen-dosen payah yang selalu menargetkan mahasiswanya agar lulus tepat waktu bahkan lebih cepat, padahal cepat lulus tidak menjamin cepat kerja, dan mayoritas mereka adalah dosen mipa...
target kuliah anak mipa adalah mencapai IP setinggi mungkin, cumload, bahkan kalo ada yang lebih dari itu, maka akan dikejarnya. Seberapa berpengaruh sih IPK pada kesuksesan kita...
siapa disini yang setiap hari baca koran? Gak ada? *tersenyum...
saya pernah bertemu si ini, tau siapa dia? *diam
saya pernah berdiskusi dengan si anu, kenal siapa dia? *diam
saya pernah berdiskusi dengan si anu, kenal siapa dia? *diam
bentuk pemerintahan si itu beraliran ini, dan si anu lebih ke arah inu, tau inu? *diam
*dalem hati: taunya apa sih lu?
*dalem hati: taunya apa sih lu?
Nggak bebas, kalian terbelenggu oleh sistem, kasian yah...
Dan masih ada beberapa kalimat miris lainnya yang terlupakan. Alhamdulillah, saya dianugerahi sifat yang ketika lupa maka tidak ingat :p
Itulah kita guys, di mata mereka - para aktivis kampus, pemerhati bangsa, demonstran, pembelot kediktatoran, pembenci ketidakadilan, musuh besar para koruptor. Berasa jadi pecundang sejati yang hanya memikirkan diri sendiri (dan perut anak-istri kelak). Berasa konyol sendiri ketika disuruh turun ke jalan dan melakukan simulasi aksi. Memalingkan muka ketika beberapa teman persma melirik ke arah kami – dan aksi aneh ini. Seperti terbayang apa yang mereka pikir dan tertawakan: itu anak matek simulasi demo, memang rela ninggalin kelas demi beraksi.
Hahaha jadi teringat fatwa seorang dosen: matematika memang imaginer dan berkutat tanpa tujuan, terus ngapain masih di sini? :p
Nb. Sebuah tulisan itu segi-n beraturan, dimana n = ∞ (tak hingga), nyaris bulat dan dapat dilihat dari sisi manapun. Tidak ada tulisan yang salah, tidak ada sudut pandang yang tidak benar, hanya mindset kita yang patut dibenarkan maupun disalahkan.
No comments:
Post a Comment
komentar capruk anda akan muncul setelah dimoderasi admin :)